PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah
Mata
pelajaran IPA merupakan pelajaran yang menerapkan konsep materi yang cenderung
merefleksi pada realita dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu penanaman
konsep materi pada siswa harus sejalan dengan apa yang dialaminya dalam
kehidupan nyata, sehingga dalam pembelajaranpun harus didesain sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu lingkungan yang dapat menghasilkan umpan balik yang
optimal bagi siswa.
Dalam
berbagai situasi proses pembelajaran di kelas banyak sekali membutuhkan
strategi pembelajaran yang bervariasi dari seorang guru supaya materi yang
disampaikan bisa diserap oleh siswa. Namun penguasaan strategi pembelajaran
saja tidak cukup, juga harus diikuti oleh penguasaan materi itu sendiri dan
penggunaan media-media yang menarik sehingga dapat menimbulkan rasa
ketertarikan dari diri siswa dari yang awalnya tidak suka menjadi suka, dari
yang awalnya tidak tertarik menjadi tertarik. Pada kondisi siswa yang dihadapi
oleh peneliti dari jumlah siswa 35 siswa terdapat kurang lebih 15% dari siswa
yang kurang aktif. Dari kondisi ini terdapat berbagai sebab diantaranya adalah
penyampaian materi dari guru yang konvensional ataupun dari diri siswa sendiri
yang berupa rasa ketidaktertarikan akan materi pelajaran maupun pada guru itu
sendiri.
Menurut Walter & Lou (1994: 64) partisipasi
peserta didik sangatlah penting karena pembelajaran itu berhasil apabila
peserta didik secara aktif melakukan latihan secara langsung dan relevan dengan
kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan.
Dalam
keterkaitannya dengan kesulitan yang dihadapi waktu pembelajaran IPA maka
dibutuhkan suatu cara yang dapat membuat siswa dapat aktif waktu pembelajaran,
khususnya dalam pelajaran IPA. Pembelajaran yang sesuai menurut penulis yaitu
model pembelajaran TURIS .
Berdasarkan
pada uraian di atas maka peneliti hendak melakukan penelitian dengan judul “peningkatan keaktifan siswa dalam belajar IPA kelas 3 melalui model pembelajaran TURIS di SDN Jati Alun-Alun,
Prambon, Sidoarjo”.
KAJIAN PUSTAKA
Keaktifan
Belajar
Pendidikan di segala jenjang pada umumnya dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap. Pembelajaran kognitif (pengetahuan)
mencakup dalam hal pemerolehan informasi dan konsep. Pada tahapan ini tidak
hanya berkenaan dengan pemahaman bahan ajar, namun juga dengan analisis dan
penerapannya dalam situasi yang baru. Pembelajaran perilaku (ketrampilan)
mencakup pengembangan kompetensi pada kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas,
memecahkan masalah, dan mengungkapkan pendapat. Pembelajaran afektif (sikap)
mencakup pengkajian dan penjelasan tentang perasaan dan preferensi. Siswa
dilibatkan dalam menilai diri mereka sendiri dan hubungan pribadi mereka
terhadap materi pelajaran.
Keaktifan dalam belajar atas informasi, ketrampilan, dan sikap berlangsung
melalui proses penyelidikan atau proses bertanya. Siswa dikondisikan dalam
sikap mencari (aktif) bukan sekadar menerima (reaktif)
( Silberman, 2006:116). Dengan kata lain mereka mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada mereka maupun pertanyaan-pertanyaan
yang mereka ajukan sendiri. Mereka mengupayakan pemecahan atas permasalahan
yang diajukan oleh guru. Hal ini dapat menimbulkan suatu upaya agar mereka
mencari informasi atau menguasai ketrampilan untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan kepada mereka yang pada akhirnya mereka akan dihadapkan pada persoalan
yang membuat mereka tergerak untuk mengkaji apa yang mereka nilai dan yakini.
Semua itu dapat terjadi apabila siswa dilibatkan dalam tugas dan kegiatan yang
secara tidak langsung menuntut mereka untuk berfikir, bekerja, dan merasa.
Indikator siswa untuk aktif dalam belajar adalah siswa yang aktif dalam
melakukan tugas yang diberikan, berinteraksi dengan teman, berkomunikasi dengan
teman maupun guru untuk menyelesaikan tugas serta melakukan refleksi yang
berupa penguatan yang mendalam dalam diri siswa itu sendiri.
Model
Pembelajaran TURIS.
1.
Pengertian
Pembelajaran TURIS.
TURIS
adalah singkatan dari Telaah Yurisprudensi. Pembelajaran Telaah Yurisprudensi (jurisprudential inquiry) dipelopori
oleh Donal Oliver dan James P.Shaver. Dalam pembelajaran ini memahami bahwa
pandangan dan prioritas setiap orang berbeda, dan nilai-nilai sosialnya saling
bertentangan satu sama lain ( Uno,2007:30). Memecahkan masalah yang kompleks
dan kontroversial di dalam interaksi sosial membutuhkan suatu pribadi yang
mampu berbicara dan bernegosiasi tentang suatu hal.
2.
Langkah
Pembelajaran
Menurut Wena, (2009:72) langkah-langkah yang
dilakukan dalam model pembelajaran ini
meliputi:
1.
Orientasi
terhadap kasus.
Pada tahap ini guru memperkenalkan kepada
siswa materi-materi kasus dengan cara membaca berita dari media massa,
televisi, radio atau mendiskusikan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan
sekitar, kehidupan sekolah maupun yang
ada di kehidupan masyarakat. Langkah berikutnya adalah meninjau fakta-fakta
dengan jalan melakukan analisis, siapa yang terlibat, mengapa bisa terjadi dan
lain sebagainya.
2.
Mengidentifikasi
isu.
Siswa dibimbing untuk mengidentifikasi
fakta-fakta yang ada ke dalam permasalahan yang sedang dibahas.
3.
Pengambilan
posisi (sikap).
Siswa diminta untuk mengambil
sikap/pendapat terhadap permasalahan tersebut dan menyatakan sikapnya.
4.
Menggali
argumentasi untuk mendukung posisi (sikap) yang telah diambil.
Sikap/pendapat siswa digali lebih dalam.
Di sini siswa dituntut untuk mengajukan argumentasi logis dan rasional untuk
mendukung pernyataan yang telah diambil.
5.
Memperjelas
ulang dan memperkuat posisi (sikap).
Siswa menyatakan pendapatnya dan alasannya
terhadap masalah, dan menguji sejumlah situasi ataupun kondisi yang mirip terhadap
permasalahannya.
6.
Menguji
asumsi tentang fakta, definisi dan konsekuensi.
Pada tahap ini guru mendiskusikan apakah
argumentasi yang digunakan untuk mendukung pernyataan tersebut relevan dan sah.
3.
Kelebihan
Pembelajaran TURIS.
Model pembelajaran ini melatih siswa menjadi
individu-individu yang mampu mengatasi konflik perbedaan dalam berbagai hal,
berpikir sistematis tentang suatu masalah dengan memberikan bekal kepada mereka
cara-cara menganalisa dan berdiskusi (Wena, 2009:71).
Kontribusi
Pembelajaran TURIS dalam Keaktifan Belajar.
Model
pembelajaran TURIS ditujukan untuk membantu siswa berfikir secara sistematis
tentang suatu masalah (Uno, 2007:33). Dengan menggunakan model pembelajaran ini
pembelajaran kognitif (pengetahuan), perilaku (ketrampilan), dan juga
pembelajaran afektif (sikap) dapat berkolaborasi dengan sempurna. Hal ini
disebabkan oleh, siswa dituntut untuk menjawab dan memecahkan suatu
permasalahan yang diajukan dengan menggunakan kemampuan mereka untuk berfikir
dengan fikiran yang logis dan sistematis dalam mempertahankan pendapat yang
sudah diambil.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang
bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan
yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran
tersebut dilakukan (Mukhlis, 2002:3).
Adapun tujuan utama dari
PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan praktek pembelajaran secara
berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya
meneliti di kalangan guru
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih,
yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian
tindakan, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang
berikutnya. Setiap siklus meliputi planning
(rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada
siklus berikutnya adalah perencanaan
yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada
siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Pelaksanaan
Tindakan dan Observasi
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada tanggal
4 sampai tanggal 9 pada bulan April 2011 pada waktu pelaksanaan pembelajaran
IPA tentang cuaca. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam tiga
siklus dengan melibatkan teman guru sebagai observer namun apabila dalam siklus
ke 2 hasil yang dicapai siswa sudah memenuhi KKM maka penelitian akan
dihentikan. Model pembelajaran yang dilaksanakan adalah
model pembelajaran TURIS (telaah yurisprudensi), dengan metode ceramah,
pemberian tugas diskusi berpasangan, diskusi kelompok dan diskusi kelas
(pleno). Adapun proses pembelajaran sebagai berikut;
1) Pendahuluan
Apersepsi;
(a) Guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai
dalam proses pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar,
(b) Guru membagi siswa dalam kelompok secara
homogen terdiri dari empat atau enam orang, dan setiap kelompok membentuk sub
kelompok terdiri dari dua orang atau berpasangan,
(c) Guru menjelaskan cara kerja kelompok dalam
proses pembelajaran, dengan metode ceramah.
2) Kegiatan Inti
Dalam kegiatan ini dilakukan dengan langkah
sebagai berikut;
(a) Guru memastikan bahwa semua siswa telah
berkelompok sesuai dengan yang diharapkan, kemudian setiap anggota kelompok
diminta untuk membentuk pasangan masing-masing dua orang ( sub kelompok) dan
memilih ketua kelompok yang bertugas untuk mengkoordinasi kerja kelompok,
kemudian guru membagikan LDS (Lembar Diskusi Siswa) untuk didiskusikan oleh
setiap pasang kelompok (sub kelompok),
(b) Guru meminta masing-masing pasangan sub
kelompok mendiskusikan LDS-nya dengan dibantu literatur (buku yang dimiliki)
dan sumber belajar yang lain, guru berkeliling kelompok untuk mengamati proses
diskusi dan membimbingnya,
(c) Kemudian setelah masing-masing pasangan sub
kelompok selesai mengerjakan LDS-nya, guru meminta ketua kelompok memimpin
diskusi kelompok untuk menyamakan persepsi yang kemudian digunakan untuk pleno
(diskusi kelas), guru mengamati proses diskusi kelompok sambil memberi motivasi
dan membimbing agar materi diskusi dapat diselesaikan dengan baik,
(d) Setelah diskusi kelompok dianggap cukup
kemudian guru memimpin diskusi kelas (pleno), masing-masing kelompok diberi
kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusi secara berurutan. Guru bertindak
sebagai moderator, motivator sekaligus sebagai evaluator dan memberi penguat
hasil diskusi,
(e) Pada waktu diskusi kelas berlangsung,
masing-masing kelompok dapat mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan apa
yang didiskusikan dan kelompok yang diajukan pertanyaan harus menjawabnya
dengan menggunakan argumentasi dengan menampilkan fakta atau bukti yang
mendukung hasil pendapat yang telah diambil,
(f) Setelah diskusi kelas selesai, kemudian guru
mengadakan tes formatif untuk mengetahui daya serap belajar siswa baik secara
lesan atau tertulis tergantung waktu yang tersedia.
3) Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan
penutup guru menyampaikan kesimpulan/evaluasi hasil diskusi dan
menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya
Refleksi.
Dalam Penelitian
Tindakan Kelas ini dilakukan di dalam kelas dan dilakukan dengan kolaborasi
dari rekan guru untuk mengamati dan memberikan masukan bagi terlaksananya
setiap siklus yang dilaksanakan. Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan
baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
menerapkan model pembelajaran TURIS.
Subjek
dan Tempat Penelitian.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
dilakukan oleh guru dengan subyek penelitian pada siswa kelas 3 dengan jumlah
siswa 35 siswa yang heterogen terdiri dari siswa putra sebanyak 12 siswa dan
siswa putri sebanyak 23 siswa di SDN Jati Alun-Alun, Prambon, Sidoarjo.
SDN Jati Alun-Alun terletak di sebelah barat ± 35
km dari kabupaten Sidoarjo yang terletak di kecamatan Prambon. Dengan letak
sekolah yang dikelilingi oleh sebagian besar lahan pertanian.
Data penelitian ini diperoleh dengan teknik pengamatan,
catatan lapangan, dan koesioner.
a.
Teknik pengamatan dan catatan lapangan digunakan untuk
menilai proses pembelajaran.
b.
Teknik koesioner digunakan untuk mengetahui tanggapan
siswa terhadap proses pembelajaran.
Hasil dari siklus satu dilakukan refleksi untuk dijadikan
bahan penyempurnaan pada penerapan siklus kedua. Siklus kedua pun direfleksi
kembali untuk penyempurnaan pelaksanaan siklus ketiga.
Analisis
Data
Analisis data dilakukan secara diskriptik kualitatif
berdasarkan hasil observasi terhadap efektifitas pembelajaran dan hasil
belajar, dengan langkah sebagai berikut:
a.
Melakukan reduksi, yaitu mengecek dan mencatat kembali
data-data yang telah dikumpulkan.
b.
Melakukan intepretasi, yaitu menafsirkan yang diwujudkan
dalam bentuk pernyataan.
c.
Melakukan inferensi, yaitu menyimpulkan apakah dalam pembelajaran
ini terjadi peningkatan kualitas belajar atau tidak.
d.
Tahap tindak lanjut, yaitu merumuskan langkah-langkah
perbaikan untuk siklus berikutnya.
e.
Pengambilan kesimpulan, berdasarkan analisis hasil-hasil
obsevasi, yang dituangkan dalam bentuk pernyataan.
Indikator pembelajaran aktif, adalah mudah memahami,
termotivasi, aktif melaksanakan, kerjasama, senang, mau berpendapat dan bertanya
dengan entangan : Rendah 0 % – 40 %, Sedang 41 % -70 %, dan tinggi 71 % – 100
%. Sedangkan rentangan prestasi sebagai berikut dikatakan rendah bila nilai
yang dicapai di bawah KKM (65) 0 – 64, sedang 65 – 75, tinggi 76 – 100.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal,
data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran TURIS dan pengamatan keaktifan siswa dan guru pada akhir
pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.
Data lembar observasi diambil dari
dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan pembelajaran TURIS
yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran TURIS dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Data tes formatif untuk mengetahui
peningkatan keaktifan belajar
siswa setelah diterapkan pembelajaran TURIS.
Siklus I
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan
alat-alat pengajaran yang mendukung.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus
I dilaksanakan pada tanggal 4 April 2011 di kelas 3 dengan jumlah siswa 35 siswa. Siklus I merupakan siklus awal yaitu siswa diberi
tindakan dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran TURIS,
memberikan umpan balik jawaban dan tanggapan siswa, penugasan kepada siswa
sesuai dengan bahan yang telah di kembangkan baik secara individu dan
pengerjaan soal didiskusikan dengan teman sebangku. Siswa diarahkan untuk
menyelesaikan soal secara mandiri sebagai modal awal. Bentuk dan jenis
pengumpulan informasi adalah penilaian tertulis bentuk esai karena esai adalah
alat penilaian yang menuntut siswa untuk mengingat, memahami dan
mengargumentasikan gagasan atau hal yang sudah dipelajari dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam uraian bertulis
menggunakan kata – katanya sendiri sehingga alat ini dapat menilai berbagai jenis
kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis dan menyimpulkan.
Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah
sebagai berikut:
Hasil Angket Siswa Pada Siklus I
No
|
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Apakah pembelajaran
seperti ini menurutmu bersifat menyenangkan ?
|
76%
|
24%
|
2
|
Apakah kamu lebih
mudah memahami materi IPA dengan belajar seperti ini ?
|
65%
|
35%
|
3
|
Apakah cara belajar
seperti ini, merangsang kamu
untuk belajar dan
belajar (ingin belajar terus)?
|
46%
|
54%
|
4
|
Apakah belajar berkelompok
seperti ini, memberi beban berat belajar kamu?
|
67%
|
33%
|
5
|
Apakah belajar
berkelompok berpasangan seperti ini, perlu diterapkan pada pembelajaran
berikutnya?
|
35%
|
65%
|
6
|
Apakah belajar
berkelompok berpasangan seperti ini, kamu ikut bekerja kelompok?
|
24%
|
76%
|
7
|
Apakah kamu memberi
andil pendapat dalam
kelompokmu?
|
34%
|
66%
|
8
|
Apakah kamu pernah
memberi bantuan pemahaman kepada anggota kelompokmu?
|
46%
|
54%
|
9
|
Apakah kamu
melakukan kegiatan/mencatat sesuai
dengan hasil
kelompokmu?
|
44%
|
56%
|
10
|
Apakah kamu merasa
minder/ kurang percayadiri
dalam kelopokmu?
|
62%
|
38%
|
11
|
Apakah kamu pernah
memberi komentar/bertanya kepada kelompok lain?
|
23%
|
77%
|
12
|
Menurut kamu apakah
perlu adanya pertukaran kelompok pada pertemuan berikutnya ?
|
84%
|
16%
|
13
|
Apakah kamu menulis
hasil diskusi/kesimpulan pada akhir pembelajaran pada bukumu?
|
34%
|
66%
|
14
|
Dalam pembelajaran
seperti ini, apakah kamu lebih
aktif dari pada
cara pembelajaran sebelumnya?
|
8%
|
92%
|
15
|
Menurut kamu apakah
pembelajaran kelompok seperti ini perlu dikembangkan?
|
45%
|
55%
|
BERMUTU 10
Keterangan: Dari angket diperoleh bahwa keaktifan belajar siswa tinggi,
namun masih ada yang tidak mencatat hasil diskusi kelompok (44 %), ada yang
merasa minder (62 %) dan yang tidak ikut bekerja kelompok (24%) jadi siswa yang tidak tuntas/ tidak aktif = 65%. Secara klasikal pada siklus I belum tuntas
Hasil pengamatan guru melalui lembar observasi
observer diperoleh bahwa pada kegiatan pendahuluan masih kurang dalam
memberikan motivasi pada siswa, sehingga siswa menjadi kesulitan dalam
mengikuti pelajaran. Pada bagian inti siswa hanya dikelompokkan berpasangan
dengan teman sebangkunya saja, sehingga siswa menjadi kesulitan untuk
berdiskusi oleh karena kekurangan pemikiran dalam memberikan masukan hasil
diskusinya.
Keterangan : KBM guru : 34 %
Dari hasil
angket siswa pada siklus I dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode
pembelajaran TURIS diperoleh siswa yang tidak aktif 65%. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas
belajar. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum
mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan model pembelajaran TURIS.
Siklus II
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan
alat-alat pengajaran yang mendukung.
Pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 6 April 2011. Siklus 2 merupakan tindakan perbaikan dari siklus 1 yaitu
mengubah cara mengelompokkan siswa. yaitu berdasarkan kesamaan nomor yaitu dari
jumlah 35 siswa dibentuk menjadi 7 kelompok belajar masing – masing beranggotakan
5 orang. Guru menghitung siswa dari 1 hingga 5 secara acak. Selanjutnya para
siswa yang bernomor sama dikelompokkan sehingga terbentuk 6 kelompok siswa yang
memiliki karakteristik heterogen. Langkah – langkah yang lain siswa dalam
mengerjakan soal atau membahas permasalahan dalam latihan soal dilaksanakan
secara berkelompok dan selama siswa mengerjakan soal guru memantau.Bentuk
penilaian dan pengumpulan informasi sama dengan siklus I.
Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah
sebagai berikut.
Hasil Angket Siswa Pada
Siklus II
No
|
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Apakah pembelajaran
seperti ini menurutmu bersifat menyenangkan ?
|
98%
|
2%
|
2
|
Apakah kamu lebih
mudah memahami materi IPA dengan belajar seperti ini ?
|
97%
|
3%
|
3
|
Apakah cara belajar
seperti ini, merangsang kamu
untuk belajar dan
belajar (ingin belajar terus)?
|
97%
|
3%
|
4
|
Apakah belajar
berkelompok seperti ini, memberi beban berat belajar kamu?
|
30%
|
70%
|
5
|
Apakah belajar
berkelompok berpasangan seperti ini, perlu diterapkan pada pembelajaran berikutnya?
|
83%
|
7%
|
6
|
Apakah belajar
berkelompok berpasangan seperti ini, kamu ikut bekerja kelompok?
|
80%
|
20%
|
7
|
Apakah kamu memberi
andil pendapat dalam
kelompokmu?
|
76%
|
24%
|
8
|
Apakah kamu pernah
memberi bantuan pemahaman kepada anggota kelompokmu?
|
90%
|
10%
|
9
|
Apakah kamu
melakukan kegiatan/mencatat sesuai
dengan hasil
kelompokmu?
|
75%
|
25%
|
10
|
Apakah kamu merasa
minder/ kurang percaya diri
dalam kelopokmu?
|
39%
|
61%
|
11
|
Apakah kamu pernah
memberi komentar/bertanya kepada kelompok lain?
|
83%
|
17%
|
12
|
Menurut kamu apakah
perlu adanya pertukaran kelompok pada pertemuan berikutnya ?
|
76%
|
24%
|
13
|
Apakah kamu menulis
hasil diskusi/kesimpulan pada akhir pembelajaran pada bukumu?
|
89%
|
11%
|
14
|
Dalam pembelajaran
seperti ini, apakah kamu lebih
aktif dari pada
cara pembelajaran sebelumnya?
|
83%
|
7%
|
15
|
Menurut kamu apakah
pembelajaran kelompok seperti ini perlu dikembangkan?
|
90%
|
10%
|
A. BERMUTU 10
Keterangan:
Dari angket diperoleh
bahwa keaktifan belajar siswa tinggi, namun masih ada yang tidak mencatat hasil
diskusi kelompok (11 %) dan ada yang merasa minder (39 %) jadi siswa yang tidak tuntas/ tidak aktif = 45%. Secara klasikal pada siklus II belum tuntas.
Keterangan : KBM guru : 74 %
Dari
hasil angket siswa pada siklus II dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan
metode pembelajaran TURIS diperoleh siswa yang tidak aktif 60%. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada siklus kedua siswa belum tuntas belajar. Hal ini
disebabkan karena siswa merasakan
kesulitan dalam melakukan pembelajaran kelompok model TURIS ini.
Siklus III
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan
alat-alat pengajaran yang mendukung.
Pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 8 April 2011 Siklus 3 merupakan tindakan perbaikan dari siklus 2 yaitu
mengubah teknik pembagian kelompok . Pada siklus 3 pembagian kelompok yang
digunakan berdasarkan kemampuan akademik yaitu hasil dari siklus 2 dirangking,
kemudian dikelompokkan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, kemampuan sedang
dan kemampuan rendah kemudian dibagi dalam kelompok baru sehingga tiap kelompok
memiliki anggota yang hiterogen ada yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah
Bentuk penilaian dan pengumpulan informasi sama dengan siklus I.
Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah
sebagai berikut:
Hasil
Angket Siswa Pada Siklus III
No
|
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Apakah pembelajaran
seperti ini menurutmu bersifat menyenangkan ?
|
99%
|
1%
|
2
|
Apakah kamu lebih
mudah memahami materi IPA dengan belajar seperti ini ?
|
100%
|
0%
|
3
|
Apakah cara belajar
seperti ini, merangsang kamu
untuk belajar dan
belajar (ingin belajar terus)?
|
100%
|
0%
|
4
|
Apakah belajar
berkelompok seperti ini, memberi beban berat belajar kamu?
|
0%
|
100%
|
5
|
Apakah belajar
berkelompok berpasangan seperti ini, perlu diterapkan pada pembelajaran
berikutnya?
|
95%
|
5%
|
6
|
Apakah belajar
berkelompok berpasangan seperti ini, kamu ikut bekerja kelompok?
|
100%
|
0%
|
7
|
Apakah kamu memberi
andil pendapat dalam
kelompokmu?
|
99%
|
1%
|
8
|
Apakah kamu pernah
memberi bantuan pemahaman kepada anggota kelompokmu?
|
100%
|
0%
|
9
|
Apakah kamu
melakukan kegiatan/mencatat sesuai
dengan hasil
kelompokmu?
|
97%
|
3%
|
10
|
Apakah kamu merasa
minder/ kurang percaya diri
dalam kelopokmu?
|
80%
|
20%
|
11
|
|
93%
|
7%
|
12
|
Menurut kamu apakah
perlu adanya pertukaran kelompok pada pertemuan berikutnya ?
|
56%
|
44%
|
13
|
Apakah kamu menulis
hasil diskusi/kesimpulan pada akhir pembelajaran pada bukumu?
|
99%
|
1%
|
14
|
Dalam pembelajaran
seperti ini, apakah kamu lebih
aktif dari pada
cara pembelajaran sebelumnya?
|
97%
|
3%
|
15
|
Menurut kamu apakah
pembelajaran kelompok seperti ini perlu dikembangkan?
|
97%
|
3%
|
BERMUTU 10
Keterangan: Dari angket diperoleh bahwa keaktifan belajar siswa tinggi,
namun masih ada yang tidak mencatat hasil diskusi kelompok (99 %) dan ada yang
merasa minder (80 %) jadi siswa
yang tidak tuntas/ tidak aktif = 10%. Secara klasikal pada siklus III tuntas.
Hasil pengamatan guru melalui lembar observasi
observer diperoleh bahwa ketuntasan siswa dalam belajar sudah mencapai 90% yang
sudah melampaui KKM yang ditetapkan yaitu 85%.
Keterangan : KBM guru : 95 %
Dari hasil
angket siswa pada siklus III dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode
pembelajaran TURIS diperoleh siswa yang tidak aktif 10%. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada siklus ketiga diperoleh hasil yang memuaskan dengan
ketuntasan belajar siswa mencapai 90% dengan menerapkan model pembelajaran TURIS.
Pembahasan
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran TURIS memiliki dampak positif
dalam meningkatkan konsentrasi
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman
siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari
siklus I, II, dan II) yaitu
masing-masing 35%, 55%, dan 90%. Pada siklus III ketuntasan belajar
siswa secara klasikal telah tercapai. Seperti digambarkan dalam diagram berikut :
Hasil Ketuntasan Belajar
Siswa Per-Siklus
Berdasarkan analisis data, diperoleh keaktifan siswa dalam proses pembelajaran TURIS dalam setiap siklus mengalami
peningkatan. Yaitu masing-masing
34%, 74% dan 95%. Hal ini berdampak positif terhadap keaktifan belajar siswa yaitu dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya keaktifan
siswa pada setiap siklus. Seperti
digambarkan pada diagram berikut ini :
Hasil
KBM Guru Per-Siklus
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran IPA pada pokok bahasan cuaca dengan model pembelajaran TURIS yang paling dominan adalah bekerja
dengan mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar
siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa
dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran
telah melaksanakan langkah-langkah
pembelajaran TURIS dengan
baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas
membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS, menjelaskan materi, memberi umpan
balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup
besar.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis
yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Pembelajaran dengan penemuan konsep memiliki
dampak positif dalam meningkatkan konsentrasi
belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam
setiap siklus, yaitu siklus I (35%),
siklus II (55%), siklus III (90%).
2.
Penerapan
model pembelajaran TURIS mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan keaktifan
belajar siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan
bahwa siswa tertarik dan berminat dengan model pembelajaran TURIS sehingga
mereka menjadi aktif untuk belajar.
Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian
sebelumnya agar proses belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan
hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1.
Untuk melaksanakan model pembelajaran TURIS memerlukan persiapan
yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang
benar-benar bisa diterapkan dengan model pembelajaran TURIS dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh
hasil yang optimal.
2.
Dalam rangka meningkatkan keaktifan belajar siswa, guru hendaknya
lebih sering melatih siswa
dengan berbagai macam model
pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana,
sehingga siswa
nantinya dapat menemukan
pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil
atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3.
Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil
penelitian ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar