Jumat, 22 November 2013

cara menghukum siswa yang tidak mengerjakan PR yang diberikan oleh guru tidak harus menggunakan hukuman fisik, sebab hal itu dapat menjatuhkan harga diri pada siswa itu sendiri.
diantara cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah mensiasati hukuman tersebut dengan menggunakan cara-cara yang mendidik, seperti foto siswa di SDN Jati Alun-Alun, Prambon, Sidoarjo berikut ini




Selasa, 19 November 2013

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran IPA merupakan pelajaran yang menerapkan konsep materi yang cenderung merefleksi pada realita dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu penanaman konsep materi pada siswa harus sejalan dengan apa yang dialaminya dalam kehidupan nyata, sehingga dalam pembelajaranpun harus didesain sedemikian rupa sehingga tercipta suatu lingkungan yang dapat menghasilkan umpan balik yang optimal bagi siswa.
Dalam berbagai situasi proses pembelajaran di kelas banyak sekali membutuhkan strategi pembelajaran yang bervariasi dari seorang guru supaya materi yang disampaikan bisa diserap oleh siswa. Namun penguasaan strategi pembelajaran saja tidak cukup, juga harus diikuti oleh penguasaan materi itu sendiri dan penggunaan media-media yang menarik sehingga dapat menimbulkan rasa ketertarikan dari diri siswa dari yang awalnya tidak suka menjadi suka, dari yang awalnya tidak tertarik menjadi tertarik. Pada kondisi siswa yang dihadapi oleh peneliti dari jumlah siswa 35 siswa terdapat kurang lebih 15% dari siswa yang kurang aktif. Dari kondisi ini terdapat berbagai sebab diantaranya adalah penyampaian materi dari guru yang konvensional ataupun dari diri siswa sendiri yang berupa rasa ketidaktertarikan akan materi pelajaran maupun pada guru itu sendiri.
Menurut  Walter & Lou (1994: 64) partisipasi peserta didik sangatlah penting karena pembelajaran itu berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan secara langsung dan relevan dengan kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan.
Dalam keterkaitannya dengan kesulitan yang dihadapi waktu pembelajaran IPA maka dibutuhkan suatu cara yang dapat membuat siswa dapat aktif waktu pembelajaran, khususnya dalam pelajaran IPA. Pembelajaran yang sesuai menurut penulis yaitu model pembelajaran TURIS .
Berdasarkan pada uraian di atas maka peneliti hendak melakukan penelitian dengan judul “peningkatan keaktifan siswa dalam belajar IPA kelas 3 melalui  model pembelajaran TURIS di SDN Jati Alun-Alun, Prambon, Sidoarjo”.


KAJIAN PUSTAKA

Keaktifan Belajar
Pendidikan di segala jenjang pada umumnya dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Pembelajaran kognitif (pengetahuan) mencakup dalam hal pemerolehan informasi dan konsep. Pada tahapan ini tidak hanya berkenaan dengan pemahaman bahan ajar, namun juga dengan analisis dan penerapannya dalam situasi yang baru. Pembelajaran perilaku (ketrampilan) mencakup pengembangan kompetensi pada kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas, memecahkan masalah, dan mengungkapkan pendapat. Pembelajaran afektif (sikap) mencakup pengkajian dan penjelasan tentang perasaan dan preferensi. Siswa dilibatkan dalam menilai diri mereka sendiri dan hubungan pribadi mereka terhadap materi pelajaran.
Keaktifan dalam belajar atas informasi, ketrampilan, dan sikap berlangsung melalui proses penyelidikan atau proses bertanya. Siswa dikondisikan dalam sikap mencari (aktif) bukan sekadar menerima (reaktif) ( Silberman, 2006:116). Dengan kata lain mereka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada mereka maupun pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan sendiri. Mereka mengupayakan pemecahan atas permasalahan yang diajukan oleh guru. Hal ini dapat menimbulkan suatu upaya agar mereka mencari informasi atau menguasai ketrampilan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka yang pada akhirnya mereka akan dihadapkan pada persoalan yang membuat mereka tergerak untuk mengkaji apa yang mereka nilai dan yakini. Semua itu dapat terjadi apabila siswa dilibatkan dalam tugas dan kegiatan yang secara tidak langsung menuntut mereka untuk berfikir, bekerja, dan merasa.
Indikator siswa untuk aktif dalam belajar adalah siswa yang aktif dalam melakukan tugas yang diberikan, berinteraksi dengan teman, berkomunikasi dengan teman maupun guru untuk menyelesaikan tugas serta melakukan refleksi yang berupa penguatan yang mendalam dalam diri siswa itu sendiri.

Model Pembelajaran TURIS.
1.         Pengertian Pembelajaran TURIS.
TURIS adalah singkatan dari Telaah Yurisprudensi. Pembelajaran Telaah Yurisprudensi  (jurisprudential inquiry) dipelopori oleh Donal Oliver dan James P.Shaver. Dalam pembelajaran ini memahami bahwa pandangan dan prioritas setiap orang berbeda, dan nilai-nilai sosialnya saling bertentangan satu sama lain ( Uno,2007:30). Memecahkan masalah yang kompleks dan kontroversial di dalam interaksi sosial membutuhkan suatu pribadi yang mampu berbicara dan bernegosiasi tentang suatu hal.

2.         Langkah Pembelajaran
 Menurut Wena, (2009:72) langkah-langkah yang dilakukan  dalam model pembelajaran ini meliputi:
1.    Orientasi terhadap kasus.
     Pada tahap ini guru memperkenalkan kepada siswa materi-materi kasus dengan cara membaca berita dari media massa, televisi, radio atau mendiskusikan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan sekitar, kehidupan sekolah  maupun yang ada di kehidupan masyarakat. Langkah berikutnya adalah meninjau fakta-fakta dengan jalan melakukan analisis, siapa yang terlibat, mengapa bisa terjadi dan lain sebagainya.
2.    Mengidentifikasi isu.
    Siswa dibimbing untuk mengidentifikasi fakta-fakta yang ada ke dalam permasalahan yang sedang dibahas.
3.    Pengambilan posisi (sikap).
     Siswa diminta untuk mengambil sikap/pendapat terhadap permasalahan tersebut dan menyatakan sikapnya.
4.    Menggali argumentasi untuk mendukung posisi (sikap) yang telah diambil.
     Sikap/pendapat siswa digali lebih dalam. Di sini siswa dituntut untuk mengajukan argumentasi logis dan rasional untuk mendukung pernyataan yang telah diambil.
5.    Memperjelas ulang dan memperkuat posisi (sikap).
     Siswa menyatakan pendapatnya dan alasannya terhadap masalah, dan menguji sejumlah situasi ataupun kondisi yang mirip terhadap permasalahannya.
6.    Menguji asumsi tentang fakta, definisi dan konsekuensi.
     Pada tahap ini guru mendiskusikan apakah argumentasi yang digunakan untuk mendukung pernyataan tersebut relevan dan sah.
3.         Kelebihan Pembelajaran TURIS.
Model pembelajaran ini melatih siswa menjadi individu-individu yang mampu mengatasi konflik perbedaan dalam berbagai hal, berpikir sistematis tentang suatu masalah dengan memberikan bekal kepada mereka cara-cara menganalisa dan berdiskusi (Wena, 2009:71).

Kontribusi Pembelajaran TURIS dalam Keaktifan Belajar.
Model pembelajaran TURIS ditujukan untuk membantu siswa berfikir secara sistematis tentang suatu masalah (Uno, 2007:33). Dengan menggunakan model pembelajaran ini pembelajaran kognitif (pengetahuan), perilaku (ketrampilan), dan juga pembelajaran afektif (sikap) dapat berkolaborasi dengan sempurna. Hal ini disebabkan oleh, siswa dituntut untuk menjawab dan memecahkan suatu permasalahan yang diajukan dengan menggunakan kemampuan mereka untuk berfikir dengan fikiran yang logis dan sistematis dalam mempertahankan pendapat yang sudah diambil.


METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam  melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (Mukhlis, 2002:3).
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.


Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada tanggal 4 sampai tanggal 9 pada bulan April 2011 pada waktu pelaksanaan pembelajaran IPA tentang cuaca. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam tiga siklus dengan melibatkan teman guru sebagai observer namun apabila dalam siklus ke 2 hasil yang dicapai siswa sudah memenuhi KKM maka penelitian akan dihentikan. Model pembelajaran yang dilaksanakan adalah model pembelajaran TURIS (telaah yurisprudensi), dengan metode ceramah, pemberian tugas diskusi berpasangan, diskusi kelompok dan diskusi kelas (pleno). Adapun proses pembelajaran sebagai berikut;
1)      Pendahuluan
Apersepsi;
(a)      Guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar,
(b)      Guru membagi siswa dalam kelompok secara homogen terdiri dari empat atau enam orang, dan setiap kelompok membentuk sub kelompok terdiri dari dua orang atau berpasangan,
(c)      Guru menjelaskan cara kerja kelompok dalam proses pembelajaran, dengan metode ceramah.
2)      Kegiatan Inti
Dalam kegiatan ini dilakukan dengan langkah sebagai berikut;
(a)      Guru memastikan bahwa semua siswa telah berkelompok sesuai dengan yang diharapkan, kemudian setiap anggota kelompok diminta untuk membentuk pasangan masing-masing dua orang ( sub kelompok) dan memilih ketua kelompok yang bertugas untuk mengkoordinasi kerja kelompok, kemudian guru membagikan LDS (Lembar Diskusi Siswa) untuk didiskusikan oleh setiap pasang kelompok (sub kelompok),
(b)      Guru meminta masing-masing pasangan sub kelompok mendiskusikan LDS-nya dengan dibantu literatur (buku yang dimiliki) dan sumber belajar yang lain, guru berkeliling kelompok untuk mengamati proses diskusi dan membimbingnya,
(c)      Kemudian setelah masing-masing pasangan sub kelompok selesai mengerjakan LDS-nya, guru meminta ketua kelompok memimpin diskusi kelompok untuk menyamakan persepsi yang kemudian digunakan untuk pleno (diskusi kelas), guru mengamati proses diskusi kelompok sambil memberi motivasi dan membimbing agar materi diskusi dapat diselesaikan dengan baik,
(d)     Setelah diskusi kelompok dianggap cukup kemudian guru memimpin diskusi kelas (pleno), masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusi secara berurutan. Guru bertindak sebagai moderator, motivator sekaligus sebagai evaluator dan memberi penguat hasil diskusi,
(e)      Pada waktu diskusi kelas berlangsung, masing-masing kelompok dapat mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan apa yang didiskusikan dan kelompok yang diajukan pertanyaan harus menjawabnya dengan menggunakan argumentasi dengan menampilkan fakta atau bukti yang mendukung hasil pendapat yang telah diambil,
(f)       Setelah diskusi kelas selesai, kemudian guru mengadakan tes formatif untuk mengetahui daya serap belajar siswa baik secara lesan atau tertulis tergantung waktu yang tersedia.
3)      Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup guru menyampaikan kesimpulan/evaluasi hasil diskusi dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya

Refleksi.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di dalam kelas dan dilakukan dengan kolaborasi dari rekan guru untuk mengamati dan memberikan masukan bagi terlaksananya setiap siklus yang dilaksanakan. Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran TURIS.

Subjek dan Tempat Penelitian.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan oleh guru dengan subyek penelitian pada siswa kelas 3 dengan jumlah siswa 35 siswa yang heterogen terdiri dari siswa putra sebanyak 12 siswa dan siswa putri sebanyak 23 siswa di SDN Jati Alun-Alun, Prambon, Sidoarjo.
SDN Jati Alun-Alun terletak di sebelah barat ± 35 km dari kabupaten Sidoarjo yang terletak di kecamatan Prambon. Dengan letak sekolah yang dikelilingi oleh sebagian besar lahan pertanian.

Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini diperoleh dengan teknik pengamatan, catatan lapangan, dan koesioner.
a.    Teknik pengamatan dan catatan lapangan digunakan untuk menilai proses pembelajaran.
b.    Teknik koesioner digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran.
Hasil dari siklus satu dilakukan refleksi untuk dijadikan bahan penyempurnaan pada penerapan siklus kedua. Siklus kedua pun direfleksi kembali untuk penyempurnaan pelaksanaan siklus ketiga.

Analisis Data
Analisis data dilakukan secara diskriptik kualitatif berdasarkan hasil observasi terhadap efektifitas pembelajaran dan hasil belajar, dengan langkah sebagai berikut:
a.       Melakukan reduksi, yaitu mengecek dan mencatat kembali data-data yang telah dikumpulkan.
b.      Melakukan intepretasi, yaitu menafsirkan yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan.
c.       Melakukan inferensi, yaitu menyimpulkan apakah dalam pembelajaran ini terjadi peningkatan kualitas belajar atau tidak.
d.      Tahap tindak lanjut, yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan untuk siklus berikutnya.
e.       Pengambilan kesimpulan, berdasarkan analisis hasil-hasil obsevasi, yang dituangkan dalam bentuk pernyataan.
Indikator pembelajaran aktif, adalah mudah memahami, termotivasi, aktif melaksanakan, kerjasama, senang, mau berpendapat dan bertanya dengan entangan : Rendah 0 % – 40 %, Sedang 41 % -70 %, dan tinggi 71 % – 100 %. Sedangkan rentangan prestasi sebagai berikut dikatakan rendah bila nilai yang dicapai di bawah KKM (65) 0 – 64, sedang 65 – 75, tinggi 76 – 100.

    
HASIL DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran TURIS dan pengamatan keaktifan siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.
            Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan pembelajaran TURIS yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran TURIS dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa.
            Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran TURIS.

Siklus I
 
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 April 2011 di kelas 3 dengan jumlah siswa 35 siswa. Siklus I merupakan siklus awal yaitu siswa diberi tindakan dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran TURIS, memberikan umpan balik jawaban dan tanggapan siswa, penugasan kepada siswa sesuai dengan bahan yang telah di kembangkan baik secara individu dan pengerjaan soal didiskusikan dengan teman sebangku. Siswa diarahkan untuk menyelesaikan soal secara mandiri sebagai modal awal. Bentuk dan jenis pengumpulan informasi adalah penilaian tertulis bentuk esai karena esai adalah alat penilaian yang menuntut siswa untuk mengingat, memahami dan mengargumentasikan gagasan atau hal yang sudah dipelajari dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam uraian bertulis menggunakan kata – katanya sendiri sehingga alat ini dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis dan menyimpulkan.
Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
           Hasil Angket Siswa Pada Siklus I

No
Pertanyaan
Ya
Tidak
1
Apakah pembelajaran seperti ini menurutmu bersifat menyenangkan ?
76%
24%
2
Apakah kamu lebih mudah memahami materi IPA dengan belajar seperti ini ?
65%
35%
3
Apakah cara belajar seperti ini, merangsang kamu
untuk belajar dan belajar (ingin belajar terus)?
46%
54%
4
Apakah belajar berkelompok seperti ini, memberi beban berat belajar kamu?
67%
33%
5
Apakah belajar berkelompok berpasangan seperti ini, perlu diterapkan pada pembelajaran berikutnya?
35%
65%
6
Apakah belajar berkelompok berpasangan seperti ini, kamu ikut bekerja kelompok?
24%
76%
7
Apakah kamu memberi andil pendapat dalam
kelompokmu?
34%
66%
8
Apakah kamu pernah memberi bantuan pemahaman kepada anggota kelompokmu?
46%
54%
9
Apakah kamu melakukan kegiatan/mencatat sesuai
dengan hasil kelompokmu?
44%
56%
10
Apakah kamu merasa minder/ kurang percayadiri
dalam kelopokmu?
62%
38%
11
Apakah kamu pernah memberi komentar/bertanya kepada kelompok lain?
23%
77%
12
Menurut kamu apakah perlu adanya pertukaran kelompok pada pertemuan berikutnya ?
84%
16%
13
Apakah kamu menulis hasil diskusi/kesimpulan pada akhir pembelajaran pada bukumu?
34%
66%
14
Dalam pembelajaran seperti ini, apakah kamu lebih
aktif dari pada cara pembelajaran sebelumnya?
8%
92%
15
Menurut kamu apakah pembelajaran kelompok seperti ini perlu dikembangkan?
45%
55%
BERMUTU 10
Keterangan: Dari angket diperoleh bahwa keaktifan belajar siswa tinggi, namun masih ada yang tidak mencatat hasil diskusi kelompok (44 %), ada yang merasa minder (62 %) dan yang tidak ikut bekerja kelompok (24%) jadi siswa yang tidak tuntas/ tidak aktif = 65%. Secara klasikal pada siklus I belum tuntas
Hasil pengamatan guru melalui lembar observasi observer diperoleh bahwa pada kegiatan pendahuluan masih kurang dalam memberikan motivasi pada siswa, sehingga siswa menjadi kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Pada bagian inti siswa hanya dikelompokkan berpasangan dengan teman sebangkunya saja, sehingga siswa menjadi kesulitan untuk berdiskusi oleh karena kekurangan pemikiran dalam memberikan masukan hasil diskusinya.
Keterangan :     KBM guru                      : 34 %

Dari hasil angket siswa pada siklus I dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran TURIS diperoleh siswa yang tidak aktif 65%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan model pembelajaran TURIS.

Siklus II
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 6 April 2011. Siklus 2 merupakan tindakan perbaikan dari siklus 1 yaitu mengubah cara mengelompokkan siswa. yaitu berdasarkan kesamaan nomor yaitu dari jumlah 35 siswa dibentuk menjadi 7 kelompok belajar masing – masing beranggotakan 5 orang. Guru menghitung siswa dari 1 hingga 5 secara acak. Selanjutnya para siswa yang bernomor sama dikelompokkan sehingga terbentuk 6 kelompok siswa yang memiliki karakteristik heterogen. Langkah – langkah yang lain siswa dalam mengerjakan soal atau membahas permasalahan dalam latihan soal dilaksanakan secara berkelompok dan selama siswa mengerjakan soal guru memantau.Bentuk penilaian dan pengumpulan informasi sama dengan siklus I.
Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
Hasil Angket Siswa Pada Siklus II

No
Pertanyaan
Ya
Tidak
1
Apakah pembelajaran seperti ini menurutmu bersifat menyenangkan ?
98%
2%
2
Apakah kamu lebih mudah memahami materi IPA dengan belajar seperti ini ?
97%
3%
3
Apakah cara belajar seperti ini, merangsang kamu
untuk belajar dan belajar (ingin belajar terus)?
97%
3%
4
Apakah belajar berkelompok seperti ini, memberi beban berat belajar kamu?
30%
70%
5
Apakah belajar berkelompok berpasangan seperti ini, perlu diterapkan pada pembelajaran berikutnya?
83%
7%
6
Apakah belajar berkelompok berpasangan seperti ini, kamu ikut bekerja kelompok?
80%
20%
7
Apakah kamu memberi andil pendapat dalam
kelompokmu?
76%
24%
8
Apakah kamu pernah memberi bantuan pemahaman kepada anggota kelompokmu?
90%
10%
9
Apakah kamu melakukan kegiatan/mencatat sesuai
dengan hasil kelompokmu?
75%
25%
10
Apakah kamu merasa minder/ kurang percaya diri
dalam kelopokmu?
39%
61%
11
Apakah kamu pernah memberi komentar/bertanya kepada kelompok lain?
83%
17%
12
Menurut kamu apakah perlu adanya pertukaran kelompok pada pertemuan berikutnya ?
76%
24%
13
Apakah kamu menulis hasil diskusi/kesimpulan pada akhir pembelajaran pada bukumu?
89%
11%
14
Dalam pembelajaran seperti ini, apakah kamu lebih
aktif dari pada cara pembelajaran sebelumnya?
83%
7%
15
Menurut kamu apakah pembelajaran kelompok seperti ini perlu dikembangkan?
90%
10%
A.   BERMUTU 10
Keterangan:    Dari angket diperoleh bahwa keaktifan belajar siswa tinggi, namun masih ada yang tidak mencatat hasil diskusi kelompok (11 %) dan ada yang merasa minder (39 %) jadi siswa yang tidak tuntas/ tidak aktif = 45%. Secara klasikal pada siklus II belum tuntas.
Hasil pengamatan guru melalui lembar observasi observer diperoleh bahwa pada kegiatan pendahuluan ada peningkatan dalam memberikan motivasi pada siswa, sehingga siswa menjadi tidak kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Namun pada bagian inti siswa terdapat sedikit kendala karena pada waktu pelaksanaan siklus ke II siswa dalam membahas permasalahan secara berkelompok masih ditemukan siswa yang berperan pasif dalam kelompoknya, sehingga hasil diskusi yang dihasilkan masih jauh dari harapan yang dikehendaki.
Keterangan :     KBM guru                      : 74 %

Dari hasil angket siswa pada siklus II dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran TURIS diperoleh siswa yang tidak aktif 60%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus kedua siswa belum tuntas belajar. Hal ini disebabkan karena siswa merasakan kesulitan dalam melakukan pembelajaran kelompok model TURIS ini.

Siklus III
      
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 8 April 2011 Siklus 3 merupakan tindakan perbaikan dari siklus 2 yaitu mengubah teknik pembagian kelompok . Pada siklus 3 pembagian kelompok yang digunakan berdasarkan kemampuan akademik yaitu hasil dari siklus 2 dirangking, kemudian dikelompokkan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, kemampuan sedang dan kemampuan rendah kemudian dibagi dalam kelompok baru sehingga tiap kelompok memiliki anggota yang hiterogen ada yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah Bentuk penilaian dan pengumpulan informasi sama dengan siklus I.
Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut:
Hasil Angket Siswa Pada Siklus III

No
Pertanyaan
Ya
Tidak
1
Apakah pembelajaran seperti ini menurutmu bersifat menyenangkan ?
99%
1%
2
Apakah kamu lebih mudah memahami materi IPA dengan belajar seperti ini ?
100%
0%
3
Apakah cara belajar seperti ini, merangsang kamu
untuk belajar dan belajar (ingin belajar terus)?
100%
0%
4
Apakah belajar berkelompok seperti ini, memberi beban berat belajar kamu?
0%
100%
5
Apakah belajar berkelompok berpasangan seperti ini, perlu diterapkan pada pembelajaran berikutnya?
95%
5%
6
Apakah belajar berkelompok berpasangan seperti ini, kamu ikut bekerja kelompok?
100%
0%
7
Apakah kamu memberi andil pendapat dalam
kelompokmu?
99%
1%
8
Apakah kamu pernah memberi bantuan pemahaman kepada anggota kelompokmu?
100%
0%
9
Apakah kamu melakukan kegiatan/mencatat sesuai
dengan hasil kelompokmu?
97%
3%
10
Apakah kamu merasa minder/ kurang percaya diri
dalam kelopokmu?
80%
20%
11
Apakah kamu pernah memberi komentar/bertanya kepada kelompok lain?
93%
7%
12
Menurut kamu apakah perlu adanya pertukaran kelompok pada pertemuan berikutnya ?
56%
44%
13
Apakah kamu menulis hasil diskusi/kesimpulan pada akhir pembelajaran pada bukumu?
99%
1%
14
Dalam pembelajaran seperti ini, apakah kamu lebih
aktif dari pada cara pembelajaran sebelumnya?
97%
3%
15
Menurut kamu apakah pembelajaran kelompok seperti ini perlu dikembangkan?
97%
3%
BERMUTU 10
Keterangan: Dari angket diperoleh bahwa keaktifan belajar siswa tinggi, namun masih ada yang tidak mencatat hasil diskusi kelompok (99 %) dan ada yang merasa minder (80 %) jadi siswa yang tidak tuntas/ tidak aktif = 10%. Secara klasikal pada siklus III tuntas.
Hasil pengamatan guru melalui lembar observasi observer diperoleh bahwa ketuntasan siswa dalam belajar sudah mencapai 90% yang sudah melampaui KKM yang ditetapkan yaitu 85%.
Keterangan :     KBM guru                      : 95 %
                                                                     
Dari hasil angket siswa pada siklus III dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran TURIS diperoleh siswa yang tidak aktif 10%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus ketiga diperoleh hasil yang memuaskan dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 90% dengan menerapkan model pembelajaran TURIS.

Pembahasan

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran TURIS  memiliki dampak positif dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan II) yaitu masing-masing 35%, 55%, dan 90%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Seperti digambarkan dalam diagram berikut :
Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Per-Siklus

Berdasarkan analisis data, diperoleh keaktifan siswa dalam proses pembelajaran TURIS dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Yaitu masing-masing 34%, 74% dan 95%. Hal ini berdampak positif terhadap keaktifan belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya keaktifan siswa pada setiap siklus. Seperti digambarkan pada diagram berikut ini :
Hasil KBM Guru Per-Siklus

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPA pada pokok bahasan cuaca dengan model pembelajaran TURIS yang paling dominan adalah bekerja dengan mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran TURIS dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS, menjelaskan materi, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

PENUTUP

 Kesimpulan  
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.    Pembelajaran dengan penemuan konsep memiliki dampak positif dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (35%), siklus II (55%), siklus III (90%).
2.    Penerapan model pembelajaran TURIS mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan model pembelajaran TURIS sehingga mereka menjadi aktif untuk belajar.

Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1.    Untuk melaksanakan model pembelajaran TURIS memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model pembelajaran TURIS dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2.    Dalam rangka meningkatkan keaktifan belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai macam model pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana,  sehingga siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3.    Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini