Meningkatkan Belajar Siswa dengan Menulis Jurnal
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran
bahasa Indonesia secara fungsional dan komunikatif adalah pembelajaran yang
lebih menekankan peserta didik untuk belajar berbahasa, dalam kaitannya dengan
fungsi bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Peserta didik bukan sekadar
belajar tentang pengetahuan bahasa, melainkan belajar menggunakan bahasa untuk
keperluan berkomunikasi. Untuk itu, pendekatan pembelajaran yang sesuai adalah
pendekatan komunikatif.
Pembelajaran
bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif itu diarahkan untuk membentuk
kompetensi komunikatif, yakni kompetensi kemampuan untuk menggunakan bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi, baik pada aspek pemahaman, aspek penggunaan,
maupun aspek apresiasi (Suparno 2001: 34). Hal tersebut berarti, melalui
pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan peserta didik memiliki kemampuan untuk
menangkap makna dari sebuah pesan atau informasi yang disampaikan serta
memiliki kemampuan untuk menalar dan mengemukakan kembali pesan atau informasi
yang diterimanya itu. Peserta didik juga diharapkan memiliki kemampuan untuk
mengekpresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat dan perasaan dengan
menggunakan bahasa yang baik. Kompetensi komunikatif itu dapat dicapai melalui
proses pemahiran yang dilatihkan dan dialami dalam kegiatan pembelajaran.
Salah
satu aspek keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan pengungkapan pikiran,
gagasan, pendapat dan perasaan tersebut adalah keterampilan menulis paragraf.
Keterampilan menulis paragraf sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat
produktif-aktif merupakan salah satu kompetensi dasar berbahasa yang harus
dimiliki peserta didik agar terampil berkomunikasi secara tertulis. Peserta
didik akan terampil mengorganisasikan gagasan dengan runtut, menggunakan
kosakata yang tepat dan sesuai, memperhatikan ejaan dan tanda baca yang benar,
serta menggunakan ragam kalimat yang variatif dalam menulis jika memiliki
kompetensi menulis paragraf yang baik.
Kesulitan
ketika harus menulis pada pelajaran bahasa Indonesia bagi kelas 3 SDN Jati
Alun-Alun dengan jumlah 30 siswa dengan 12 siswa perempuan dan 18 siswa
laki-laki adalah peserta didik tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika
pembelajaran menulis. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di kelas, ditemukan
bahwa menulis kerap kali menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang
mendapat respon yang baik dari peserta didik. Peserta didik tampak mengalami kesulitan
ketika pelajaran dimulai. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat
pertama untuk memulai paragraf. Peserta didik kerap menghadapi sindrom kertas
kosong (blank page syndrome) tidak
tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut salah, takut berbeda dengan apa
yang diinstruksikan gurunya.
Keterampilan
menulis di kelas terkadang juga hanya diajarkan pada saat pembelajaran menulis
saja, pahadal pembelajaran keterampilan menulis dapat dipadukan atau
diintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran di kelas. Pengintegrasian itu
dapat bersifat internal dan eksternal. Pengintegrasian internal berarti
pembelajaran menulis diintegrasikan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa
yang lain. Menulis dapat pula diintegrasikan secara eksternal dengan mata
pelajaran lain diluar mata pelajaran bahasa Indonesia.
Kecenderungan
lain yang terjadi adalah pola pembelajaran menulis di kelas yang dikembangkan
dengan sangat terstruktur dan mekanis, mulai dari menentukan topik, membuat
kerangka, menentukan ide pokok paragraf, kalimat utama, kalimat penjelas,
ketepatan penggunaan tanda baca dan sebagainya. Pola tersebut selalu berulang
tiap kali pembelajaran menulis. Pola tersebut tidak salah, tetapi pola itu
menjadi kurang bermakna jika diterapkan tanpa variasi strategi dan teknik lain.
Akibatnya, waktu pembelajaran pun lebih tersita untuk kegiatan tersebut,
sementara kegiatan menulis yang sebenarnya tidak terlaksana atau sekedar
menjadi tugas di rumah. Kegiatan menulis seperti ini bagi peserta didik menjadi
suatu kegiatan yang prosedural dan menjadi tidak menarik. Penekanan pada hal
yang bersifat mekanis adakalanya membuat kreatifitas menulis tidak berkembang
karena hal itu tidak mengizinkan gagasan tercurah secara alami. Bahkan,
Tompokins (1994:105) menegaskan bahwa terlalu menuntut kesempurnaan hasil
tulisan dari siswa justru dapat menghentikan kemauan siswa untuk menulis.
Pembelajaran
menulis juga sering membingungkan peserta didik karena pemilihan-pemilihan yang
kaku dalam mengajarkan jenis-jenis tulisan atau jenis-jenis paragraf, seperti
narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi. Pengkategorian yang kaku itu
membuat peserta didik menulis terlalu berhati-hati karena takut salah, tidak
sesuai dengan jenis karangan yang dituntut. Padahal, ketakutan untuk berbuat
salah tersebut dapat mematikan kreativitas peserta didik untuk menulis. Selain
itu, Halliday (dalam Tompkins & Hoskisson, 1991:187) menyatakan bahwa pengkategorian
jenis-jenis karangan tersebut terlihat artifasial ketika kita meminta peserta
didik menggunakannya untuk berbagai tujuan yang berbeda, sebab peserta didik
terkadang mengkombinasikan dua atau lebih kategori untuk mengemukakan sebuah
gagasan dalam tulisannya.
Menulis
merupakan suatu keterampilan dan keterampilan itu hanya akan berkembang jika
dilatihkan secara terus menerus atau lebih sering. Memberikan kesempatan lebih
banyak bagi peserta didik untuk berlatih menulis dalam berbagai tujuan
merupakan sebuah cara yang dapat diterapkan agar keterampilan menulis meningkat
dan berkembang secara cepat.
Permasalahan
lain yang terkait dengan pembelajaran keterampilan menulis di SDN Jati
Alun-Alun khususnya di kelas 3 adalah sistem penilaian dan pencapaian target
kurikulum pembelajaran yang hanya diukur berdasarkan hasil tes-tes tertulis di
akhir semester atau tahun pelajaran. Padahal, tidak semua keterampulan
berbahasa dapat dievaluasi dengan menggunakan paper and pencil tests (Saukah, 1999). Untuk mengetahui kemampuan
dan perkembangan keterampilan berbahasa, termasuk menulis tidak tidak cukup
hanya dilihat melalui jawaban soal-soal yang diberikan satu atau dua kali di tengah
dan di akhir semester (subsumatif dan sumatif). Tes-tes tertulis hanya salah
satu bagian saja dari proses penilaian.
Menyingkapi
hal tersebut perlu diterapkan suatu model penilaian keterampilan menulis yang otentik
dan komprehensif pada siswa kelas 3 SDN Jati Alun-Alun dengan berbagai teknik
dan prosedur. Model penilaian tersebut melihat perkembangan dan keberhasilan
keterampilan berbahasa siswa secara berkelanjutan (Pulh, 1997:6). Penilaian
tersebut juga harus dilakukan secara otentik, yaitu didasarkan proses
perkembangan dan data-data otentik yang menggambarkan keterampilan berbahasa
yang dikuasainya (Nurhadi, 2003:19). Dalam konteks yang lebih komunikatif,
penilaian pun tidak hanya dilakukan oleh guru, siswa dapat belajar saling
menilai dengan temannya, bahkan belajar menilai dirinya sendiri.
Melalui
gejala-gejala yang ditemukan tersebut maka untuk membuat peserta didik dapat
berkembang keterampilan berbahasanya, maka harus diberikan suatu cara agar
peserta didik dapat menulis tanpa adanya ketakutan untuk salah. Maka dari itu
penulisan jurnal yang berupa menulis aktifitas keseharian dari peserta didik
dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif.
Dari
uraian pada latar belakang masalah di atas maka judul yang diangkat dalam makalah
kali ini adalah Implikasi Menulis Paragraf dalam Memberikan Penilaian Otentik Melalui
Pembiasaan Keterampilan MEJU Siswa Kelas 3 SDN Jati Alun-Alun, Prambon, Sidoarjo
KAJIAN TEORI
MEJU (Menulis Jurnal)
Salah
satu cara alternatif yang dapat diterapkan untuk membiasakan dan melatihkan
keterampilan menulis pada peserta didik, khususnya menulis paragraf adalah dengan
menulis jurnal atau dalam istilah yang lebih umum dikenal dengan menulis buku
harian. Pembiasaan dan rutinitas menulis tersebut akan menjadi suatu kebiasaan
perilaku yang positif. Dengan menulis jurnal, peserta didik dapat berlatih
menulis lebih sering dan lebih bebas di luar jam pembelajaran menulis secara
khusus. Peserta didik akan terbiasa mengungkapkan gagasan atau perasaannya
secara tertulis dalam bentuk paragraf-paragraf yang baik. Jurnal dapat menjadi
sarana yang membantu siswa untuk belajar menulis dengan lebih menyenangkan dan
berhasil (Eanes, 1997:457).
Kegiatan
menulis jurnal itu tidak hanya dilakukan ketika pembelajaran menulis, pada
pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus keterampilan lain kegiatan tersebut
juga dapat disisipkan. Guru dapat menyediakan waktu setiap hari atau beberapa
hari dalam seminggu sekitar sepuluh sampai dengan lima belas menit bagi siswa
untuk menulis jurnal pribadinya (Capacchione, 1989:15; Tompkins &
Hoskisson, 1991:189). Dalam konteks sistem pembelajaran sekolah di Indonesia
sekilas terkesan penyediaan waktu ini mengurangi alokasi waktu pembelajaran
pokok, tetapi bila disadari lebih jauh pengurangan alokasi waktu pembelajaran
ini, yang dimanfaatkan untuk menulis jurnal, dapat memberi manfaat yang besar
bagi peserta didik.
A. Manfaat Menulis Jurnal
Rutinitas
menulis jurnal yang dilakukan peserta didik memberi manfaat positif bagi
perkembangan kemampuan menulis. Selain itu, dapat pula meningkatkan penguasaan
aspek pembahasaan yang lain secara tidak langsung. Secara berkesinambungan peserta
didik akan terlatih mengemukakan gagasan dan perasaannya dengan pilihan kata,
kalimat, struktur penyajian dan pola pengembangan yang baik. Sebab, untuk
terampil menulis, anak-anak harus sering dan bebas menulis (serta membaca)
supaya mereka terampil dalam menggunakan struktur yang kompleks dan benar
secara tata bahasa ( Leonhardt, 200l : 22).
Indikator-indikator
rendahnya keterampilan menulis paragraf peserta didik menunjukkan tiga hal yang
berhubungan dengan rendahnya keterampilan menulis peserta didik. Pertama, peserta didik memerlukan waktu
yang cukup lama untuk menyelesaikan sebuah paragraf yang baik. Kedua, peserta didik mengalami
kebingungan untuk menentukan topik, gagasan utama, atau kalimat pertama yang
akan ditulis. Ketiga, peserta didik
kurang antusias dan tidak menunjukkan respon yang baik ketika mendapat tugas
menulis.
Dari sini
diketahui adanya dua faktor utama sebagai penyebab rendahnya keterampilan
menulis tersebut. Pertama, faktor
yang berhubungan dengan strategi pembelajaran keterampilan menulis. Kedua, faktor yang berkaitan dengan
proses penilaian pembelajaran keterampilan menulis.
Ada lima
indikator faktor penyebab yang berhubungan dengan strategi pembelajaran
menulis. Pertama, pembelajaran
menulis yang dikembangkan masih dilakukan dengan cara mengutamakan aspek
teoritis, mekanis, dan kurang variatif sehingga kurang menarik minat belajar peserta
didik. Kedua, peserta didik belum
dibiasakan dan dilatih untuk menulis secara berkesinambungan. Ketiga, tugas-tugas menulis paragraf
atau membuat karangan yang harus dikerjakan peserta didik sangat formal,
dibatasi jenisnya secara berksinambungan. Ketiga,
tugas-tugas menulis paragraf atau membuat karangan yang harus dikerjakan
siswa sangat formal, dibatasi jenisnya secara kaku, dan menuntut kesempurnaan
hasil sehingga kreativitas peserta didik untuk mengekspresikan diri melalui
tulisan kurang dapat berkembang. Keempat,
bimbingan dan penguatan yang diberikan guru terhadap kegiatan menulis yang
dilakukan peserta didik belum optimal. Kelima,
pembelajaran menulis yang dilaksanakan cenderung eksklusif, tidak terpadu
dengan pembelajaran aspek keterampilan berbahasa lain.
Indikator
faktor penyebab yang berkaitan dengan proses penilaian pembelajaran
keterampilan menulis ada empat hal. Pertama,
penilaian keterampilan menulis hanya dilakukan melalui soal-soal tes sehingga
kurang memperhatikan aspek komunikatif dalam pembelajaran bahasa. Kedua, penilaian
tidak merekam perkembangan kemampilan menulis yang sebenarnva karena tidak
dilakukan secara berkelanjutan. Ketiga, penilaian hanya dilakukan
sepihak oleh guru secara tertutup. Keempat, hasil penilaian tidak
merefleksi kebutuhan belajar siswa.
Dari
indikator kesulitan dalam kegiatan menulis peserta didik maka kegiatan menulis
jurnal mengajak peserta didik untuk lebih bebas dan kreatif mengekspresikan
diri lewat bahasa tulis. Dalam kegiatan menulis jurnal, kemampuan komukasi
secara tertulis dikembangkan, peserta didik mengkomunikasikan hal-hal yang
mereka amati, berbagai informasi, dan berbagai ide (Saukah, 2000). Dalam jurnal,
peserta didik dapat menuliskan berbagai hal, tanpa tekanan dan ketakutan
membuat kesalahan. Jika anak terbiasa menulis secara mandiri, maka mereka akan
belajar cara menulis dengan fokus yang tajam dan jelas (Leonhardt. 2GG 1:21).
B. Karakteristik dalam Penulisan Jurnal
Tulisan
dalam jurnal merupakan produk yang alamiah dan bersifat spontan. Siswa dapat menuliskan
pengalaman keseharian yang dialami atau dirasakannya, tanggapannya tentang
kegiatan pembelajaran, tanggapannya tentang suatu bacaan yang dibacanya,
tanggapan terhadap lingkungan di sekitarnya atau hal-hal lain yang menurutnya
menarik untuk ditulis. Melalui kegiatan menulis jurnal, siswa berlatih dan
membiasakan diri mengemukakan gagasan, mengekspresikan diri, atau menanggapi
hal-hal yang menarik perhatiannya dalam bentuk paragraf. Kegiatan menulis
jurnal ini memberikan kesempatan peserta didik untuk menulis dengan lebih
bebas. untuk keperluan tugas-tugas menulis secara formal, tulisan dalam jurnal
dapat menjadi pilihan sumber ide awal untuk dikembangkan.
C. Konsep Penulisan Jurnal
Konsep
jurnal adalah tulisan-tulisan yang ditulis peserta didik dalam buku catatan
khusus yang sifatnya informal, spontan, rutin, dan personal. Hal-hal yang
ditulis adalah tentang pengalaman pribadi, curahan perasaan atau gagasan,
tanggapan tentang bacaan, tanggapan
tentang proses pembelajaran atau hal-hal lain yang menarik minat dan perhatian peserta
didik. Topik-topik yang ditulis dalam jurnal itu dapat dipilih secara bebas
atau ditentukan sesuai konteks pembelajaran. Selanjutnya, tulisan siswa
tersebut diberi respon oleh guru sebagai upaya meningkatkan motivasi peserta
didik untuk menulis.
Sebagai
tulisan informal maka aspek yang ditekankan dalam menulis jurnal adalah
kelancaran/kefasihan (fluency) dalam mengemukakan suatu gagasan secara
tertulis. Kejelasan isi tulisan lebih ditekankan dari pada aspek-aspek mekanik,
seperti ketepatan ejaan atau penggunaan tanda baca. Namun. bukan berarti aspek
mekanik diabaikan oleh guru dalam pembelajaran.
Meskipun
tulisan jurnal peserta didik bersifat bebas, tulisan-tulisan tersebut tetap
dapat dipantau dan mendapat respon dari guru. Respon yang diberikan bukan
sekedar mengoreksi kesalahan-kesalahan mekanis penulisan, tetapi berupa respon
yang lebih bersifat positif. Respon positif itu berupa komentar atau tanggapan
yang berhubungan dengan isi tulisan sehingga dapat menjadi penguatan atau
motivasi bagi peserta didik untuk terus menulis. Tulisan-tulisan respon itu
juga tidak lebih panjang dari tulisan peserta didik dan ditulis dengan kalimat
yang baik dan benar, sehingga tulisan tersebuut dapat menjadi model bagi peserta
didik. Kegiatan pemberian respon secara tertulis itu memungkinkan terjalinnya
interaksi dinamis antara guru dan peserta didik lewat bahasa tulis, dalam
konteks pendekatan komunikatif pembelajaran bahasa.
D. Tahapan dalam Menulis Jurnal
Dalam
pelaksanaannya kegiatan menulis jurnal dapat dilakukan melalui tiga tahapan.
Ketiga tahapan itu adalah (1) tahap pendahuluan. (2) tahap pelaksanaan, dan (3)
tahap penilaian. Pada tahap pendahuluan, kegiatannya pokoknya terdiri dari
pemahaman konsep dan pemodelan kegiatan yang akan dilakukan. Pada tahap pelaksanaan.
Kegiatan pokoknya adalah pengintegrasian menulis jurnal dalam pembelajaran,
pembiasaan menulis jurnal secara berlanjut, pemberian penguatan dan respon
guru, serta pemberian bimbingan. untuk mengembangkan kreativitas peserta didik
dalam menulis. Pada tahap penilaian, kegiatan penilaian yang dilakukan dalam
bentuk penilaian proses dan penilaian hasil.
E. Penilaian Otentik
Aspek
lain yang tidak dapat diabaikan dalam upaya peningkatan keterampilan menulis
paragraf adalah cara penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran. Penilaian
yang sesuai untuk menilai perkembangan keterampilan menulis paragraf peserta
didik adalah penilaian otentik (Federikson, J. & Collins, A.; 2002).
Penilaian otentik sesuai untuk diterapkan karena penilaian tersebut bersifat
menyeluruh, berkesinambungan, dan berdasarkan pada data otentik berupa tulisan peserta
didik yang sebenarnya. Penilaian itu tidak hanya mengacu pada produk akhir,
tetapi juga mengacu pada kinerja dan proses perkembangan belajar peserta didik
secara berkelanjutan.
Tulisan peserta
didik dalam jurnal dapat digunakan sebagai salah satu bahan untuk penerapan
penilaian otentik. Penilaian otentik yang memanfaatkan tulisan peserta didik
dalam jurnalnya memberikan gambaran yang sebenarnya (otentik) tentang
performansi keterampilan menulis paragraf peserta didik. Penilaian keterampilan
menulis tersebut bersifat kompleks dan berkelanjutan (Hammond, L.D dan Snyde,
J.D ; 2001).
F. Hubungan Penilaian Otentik dengan
Pemanfaatan Jurnal
Realisasi
penerapan penilaian otentik dengan memanfaatkan jurnal berguna untuk memberi
informasi tentang perkembangan kosakata, struktur kalimat, kelancaran dan
kepaduan penataan gagasan dalam paragraf, serta penggunaan aspek-aspek mekanik
yang diperoleh peserta didik setahap demi setahap. Jurnal rnenjadi sebuah
portofolio yang memberikan data tentang perkembangan keterampilan menulis peserta
didik secara menyeluruh. Selain itu. berbagai kekurangan dan kesalahan yang
terdapat tulisan peserta didik melalui penilaian otentik dapat dibenahi dan
dapat menjadi pertimbangan perencananaan pembelajaran selanjutnya sehingga
konsep penilaian yang sesungguhnya terlaksana.
Salah
satu model atau perangkat penilaian otentik dalam pembelajaran keterampilan
menulis yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan tulisan dalam jurnal peserta
didik. Jurnal dapat menjadi sebuah afternatif bahan penilaian yang efektif
untuk mengetahui dan melihat perkembangan keterampilan menulis peserta didik.
Jurnal peserta didik dapat menjadi bagian dari portofolio yang merekam
perkembangan menulis dari waktu ke waktu. Selain itu, pemanfaatan jurnal dalam
penilaian menjadikan penilaian tidak hanya dilakukan guru, tetapi peserta didik
juga dapat dilatih untuk melakukan penilaian diri-sendiri (self-assesment) terhadap
tulisan-tulisan yang telah dibuatnya. Peserta didik juga dapat memilih sebuah
tulisan andalan dalam jurnal yang ditulisnya untuk dinilai atau ditanggapi
oleh temannya (peer-assesment). Bahkan bila peserta didik tidak
keberatan, orangtuanya pun dapat membaca dan memberikan penilaian terhadap
tulisan-tulisan dalam jurnal itu.
Melalui
kegiatan ini peserta didik dapat berpikir kritis, mengamati, menemukan kesalahannya
sendiri kemudian berupaya membuat tulisan yang lebih baik. Bila kegiatan ini
dapat dilakukan secara efektif dan optimal, maka diharapkan keterampilan
menulis peserta didik, khususnya keterampilan menulis paragraf dapat meningkat.
Proses penilaian dan pembelajaran menulis pun menjadi lebih bermakna bagi siswa
(O’Malley, J.M & Piece, L.V. 1996).
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Sesuai
perencanaan yang telah dibuat tindakan pembelajaran dikembangkan dalam tiga siklus
tindakan. Perencanaan yang dibuat, disesuaikan dengan satuan program semester yang
telah disusun oleh guru kelas, sehingga pelaksaaaan penelitian ini tetap berjalan
sesuai alur progam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia sebagaimana mestinya.
kegiatan menulis jurnal dalam penelitian ini menjadi kegiatan suplemen yang
terintegrasi dalam pembelajaran pokok.
Dalam
tiap siklus, tindakan pertama dilaksanakan dengan alokasi waktu dua kali
pertemuan jam pelajaran. Tindakan kedua dilakukan terintegrasi dalam tiap jam
pelajaran bahasa Indonesia selama empat kali pertemuan, guru menyediakan waktu
sepuluh sampai dengan lima belas menit di menit awal atau di akhir pelajaran
untuk menulis. Materi tulisan jurnal disesuaikan dengan konteks materi
pembelajaran saat itu. Tindakan ketiga selain dilakukan secara bersinambungan,
dilakukan pula oleh peserta didik sekitar dua puluh menit pada waktu yang
ditentukan. Setiap siklus peserta didik menulis jurnal sebanyak lima kali.
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Penelitian
dilakukan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan,
pengamatan, analisis temuan, dan refleksi tindakan. Dalam tiap siklusnya
dilakukan tiga pokok pembelajaran. Ketiga pokok pembelajaran itu adalah (1)
kegiatan pemahaman konsep dan pemodelan kegiatan menulis jurnal, (2)
pelaksanaan dan pembiasan menulis jurnal, dan (3) penilaian otentik dengan
memanfaatkan tulisan dalam jurnal peserta didik.
1) Pemahaman Konsep dan Pemodelan Kegiatan
Menulis Jurnal
Dalam
kegiatan peanahaman konsep dan permodelan ini guru melakukan langkah-langkah
pokok dalam pembelajaran. langkah-langkah tersebut, yaitu (1) menyampaikan
tujuan dan pokok-pokok kegiatan pembelajaran. (2) membangkitkan skemata peserta
didik. (3) menjelaskan dan mendiskusikan tentang menulis paragraf yang baik,
(4) memberikan latihan dan contoh penulisan paragraf yang baik, (5) menghubungkan
kegiatan menulis paragraf dengan menulis jurnal, (6) mendiskusikan dan
menjelaskan tentang kegiatan menulis jurnal. (7) memajangkan contoh-contoh jurnal
sebagai model serta (8) menulis jurnal tahap awal dengan mengamati model
yang disajikan. Melalui kegiatan-kegiaian itu, peserta didik mampu mengkonstruksi
sendiri konsep penngetahuannya tentang menulis paragraf dengan pola pengembangan
yang baik.
Untuk lebih
mengektifkan proses pembelajaran guru memanfaatkan media pembelajaran. Media digunakan
berupa (1) lembar bagan struktur paragraf, (2) contoh-contoh, tulisan yang
dikutip dari jurnal peserta didik, dan (3) gambar-gambar tentang berbagai
peristiwa aktual yang tengah terjadi.
2) Pelaksanaan dan Pembiasaan Menulis Jurnal
Pada
siklus I kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ada 6 langkah pokok. Keenam langkah pokok itu adalah (1)
menyediakan waktu di awal pembelajaran untuk menulis, (2) meminta peserta didik
menulis secara bebas tentang gagasan, perasaan, atau berbagai hal yang dialaminya,
(3) membantu memunculkan gagasan peserta didik melalui kegitan tanya jawab, (4)
memantau dan membimbing peserta didik saat menulis. (5) memberi penguatan tiap
kali pertemuan, dan (6) mengumpulkan kembali buku jurnal yang telah ditulis
untuk diberi respon
Pada
siklus II langkah-langkah pembalajaran tersebut tetap sama, tetapi lebih bervariasi
dibanding langkah-langkah pembelajaran pada siklus I. Pada pertemuan pertama,
guru meminta peserta didik untuk menulis tentang kegiatan kesehariannya,
perasaan, pengalaman yang dialaminya, gagasan, atau tanggapannya tentang
sesuatu. Pada pertemuan kedua, guru memancing gagasan peserta didik untuk menulis
dengan berandai-andai melalui kegiatan tanya-jawab.
3) Penilaian Otentik dengan Memanfaatkan
Tulisan dalam Jurnal Peserta Didik
Dalam
tiap siklus penilaian otentik tulisan jurnal peserta didik dilakukan oleh guru
dan peserta didik. Penilaian Guru mencakup penilaian proses dan penilaian hasil
yang dilakukan secara berkelanjutan selama tindakan. Kegiatan penilaian oleh peserta
didik mencakup penilaian hasil tulisan yang dilakukan oleh diri sendiri dan
rekan sejawat /antar peserta didik.
Kegiatan
penilaian oleh peserta didik akan dilakukan dua kali. Penilaian pertama. berupa
penilaian diri sendiri dilakukan setelah kegiatan tertulis kesatu dan kedua.
Penilaian yang kedua berupa penilaian rekan sejawat dilakukan telah kegiatan menulis
kedua dan keempat. Dalam penilaian sejawat peserta didik diminta untuk memilih
salah satu tulisannya untuk saling dipertukarkan dan dinilai oleh temannya.
Untuk rnembantu peserta didik melakukan penilaian terhadap tulisannya, guru menyediakan
panduan penilaian. Selama peserta didik melakukan penilaian, guru akan
senantiasa memberikan bimbingan pada peserta didik.
Peserta
didik penilai mencermati dan mengoreksi kesalahan-kesalahan tersebut. Peserta
didik penilai pun memberi penilaian berupa bintang tiga atau berkategori baik.
Peserta didik penilai juga memberikan penanda dan catatan bagian-bagian yang
sebaiknya diperbaiki.
Penilaian
oleh guru dilakukan secara berkelanjutan dengan menilai kualitas paragraf yang
dihasilkan peserta didik tiap pertemuan dan mencatat kesalahan-kesalahan yang
kerap dilakukan peserta didik.
Contoh Catatan Guru Tentang Kesalahan dalam Tulisan
Peserta Didik
No
|
Tanggal
Kegiatan
|
Kesalahan yang Kerap Ditemukan
|
Aspek
|
Contoh Kesalahan
|
1.
|
Kamis, 12
Januari – 3 Pebruari 2012
|
Bahasa
Pilihan kata
|
Penggunaan kata penghubung diawal kalimat yang tidak tepat.
“Dan hukuman keempat merupakan..”
Belum dapat membedakan penggunaan imbuhan
di-
dengan kata depan “di”
“di beri pertanyaan”
“di susul”
Penggunaan pilihan kata yang berulang-ulangan.
“Setelah itu......Setelah itu.”
|
|
|
Ejaan dan
Tanda baca
|
Penulisan nama orang, nama tempat, hari bulan dan kata sapaan banyak yang
tidak menggunakan huruf kapital.
“....hari rabu kemarin...”
“.... temanku itu bernama sri....”
|
Catatan kesalahan seperti di atas
selanjutnya menjadi acuan guru untuk perencanaan pembelajaran berikutnya. Guru
membenahi kesalahan-kesalahan tersebut dengan mengintegrasikannya dalam
kegiatan-kegiatan pembelajaran rutin. Dengan tidak mengoreksi langsung kesalahan
pada tulisan peserta didik, guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
menemukan sendiri kesalahannya. Peserta didik juga merasa senang karena merasa
tulisannya tidak selalu disalahkan oleh guru.
Hasil
penilaian otentik ini juga menjadi laporan tentang perkembangan menulis peserta
didik, khususnva menulis paragraf. Dan pencatatan dan analisis hasil tulisan setiap
pertemuan diperoleh informasi tentang perkembangan keterampilan peserta didik selama
mendapat tindakan. Hasil dukumentasi penilaian itu selanjutnva menjadi bahan
pertimbangan perencanaan pembelajaran selanjutnya.
Refleksi.
Dalam Penelitian
Tindakan Kelas ini dilakukan di dalam kelas dan dilakukan dengan kolaborasi
dari rekan guru untuk mengamati dan memberikan masukan bagi terlaksananya
setiap siklus yang dilaksanakan. Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan
baik maupun yang masih kurang baik dalam proses penilaian otentik siswa melalui penulisan jurnal.
Subjek
dan Tempat Penelitian.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
dilakukan oleh guru dengan subyek penelitian pada siswa kelas 3 dengan jumlah
siswa 30 siswa yang heterogen terdiri dari siswa putra sebanyak 18 siswa dan
siswa putri sebanyak 12 siswa di SDN Jati Alun-Alun, Prambon, Sidoarjo.
SDN Jati Alun-Alun terletak di sebelah barat ± 35
km dari kabupaten Sidoarjo yang terletak di kecamatan Prambon. Dengan letak
sekolah yang dikelilingi oleh sebagian besar lahan pertanian.
Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini diperoleh dengan teknik penilaian
berupa catatan dari guru maupun dari peserta didik penilai.
Teknik penilaian berupa catatan dari guru maupun peserta
didik penilai digunakan untuk menilai hasil penulisan jurnal peserta didik.
Hasil dari siklus satu dilakukan refleksi untuk dijadikan
bahan penyempurnaan pada penerapan siklus kedua. Siklus kedua pun direfleksi
kembali untuk penyempurnaan pelaksanaan siklus ketiga.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Indikator
peningkatan keterampilan menulis paragraf dapat dilihat dari tiga hal yaitu (1)
kuantitas gagasan yang dihasilkan, (2) kualitas paragraf, dan keantusiasan
aktivitas dan motivasi siswa.
Peningkatan
pertama terlihat dari jumlah gagasan dan pilihan topik. Jumlah gagasan yang ditulis
bertambah banyak serta memperlihatkan cara penulisan yang beragam, tidak ditemukan
lagi paragraf yang hanya terdiri dari satu kalimat. Peningkatan tersebut terjadi
pada tiap siklus tindakan.
Hasil
tindakan ini diharapkan bahwa dengan pembiasaan menulis jurnal secara berkelanjutan,
peserta didik menjadi terbiasa menulis paragraf dan keterampilan menulis
paragrafnya pun meningkat. Hal ini dapat dilihat dari tingkat penguasaan
menulis siswa kelas 3 di SDN Jati Alun-Alun berikut:
Tabel Perbandingan Rata-rata Jumlah Gagasan
dalam Tulisan Peserta Didik Tiap Siklus
SIKLUS
|
PARAGRAF
|
KALIMAT
|
Jumlah
|
Rata-Rata
|
Jumlah
|
Rata-rata
|
Siklus I
|
97
|
10,4
|
431
|
47,8
|
Siklus II
|
120
|
13,3
|
554
|
61,6
|
Siklus
III
|
132
|
14,7
|
606
|
67,3
|
Kualitas
paragraf yang dihasilkan memperlihatkan peningkatan. Peningkatan kualitas
tersebut mencakup aspek pengembangan topik, pengorganissia gagasan, penggunaan
pilihan kata, tata bahasa, serta ejaan dan tanda baca yang secara bertahap
semakin baik. Secara lebih jelas, hal tersebut tergambar dalam tabel berikut :
Tabel Perbandingan Nilai Rata-Rata dan Kualifikasi
Kualitas
Tulisan Peserta Didik Per siklus.
SIKLUS I
|
SIKLUS II
|
Siklus III
|
Nilai Rata-Rata
|
Kualifikasi
|
Nilai
Rata-Rata
|
Kualifikasi
|
Nilai
Rata-Rata
|
Kualifikasi
|
2,3
|
Cukup
|
3,1
|
Baik
|
3,4
|
Baik
|
Dari
tabel di atas dapat dijelaskan siklus I kualitas paragraf peserta didik
rata-rata berkualitas cukup, maka pada siklus II dan III meningkat menjadi
baik. Dengan kata lain, paragraf yang ditulis peserta didik umumnya telah
memiliki gagasan utama dan gagasan pengembang yang jelas. Gagasan-gagasan itu
dikembangkan secara logis dengan pengorganisasian yang baik. Struktur
kalimat dan peralihan antar gagasan dalam paragraf sudah memperlihatkan keefektifan,
hal tersebut terlihat dari sedikitnya kesalahan dalam penggunaan konjungsi. Kosa-kata
yang digunakan juga cukup tepat dan dapat mewakili gagasan yang dikemukakan.
Beberapa kesalahan tata bahasa dari mekanik tulisan masih diketemukan, tetapi tidak
banyak dan tidak sampai mengaburkan makna gagasan yang dikemukakan.
Seiain
itu, jumlah pilihan topik tulisan yang dihasilkan, sangat beragam. Hal itu menunjukkan
bahwa peserta didik telah dapat menentukan berbagai bahan, gagasan yang dapat
mereka tulis.
Keantusiasan,
aktivitas, dan motivasi peserta didik untuk menulis yang semakin meningkat. Hal
itu ditandai dengan kemauan peserta
didik membuat buram tulisannya di rumah, walaupun tanpa penugasan dari guru.
Siswa cepat menulis di kelas karena umumnya mereka telah memiliki buram yang
dibuat di rumah. Siswa juga terbangkitkan motivasi untuk melukis karena merasa
tidak mendapat beban tugas yang berat. Tabel berikut menunjukkan perilaku
peserta didik dalam belajar selama siklus penelitian yang dicatat oleh teman
sejawat sebagai pengamat.
Tabel Persentase Keaktifan
Siswa Selama Pelaksanaan Tindakan
No
|
Indikator
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus II
|
1.
2.
3.
4.
|
Siswa sangat aktif menulis tiap kegiatan
Siswa aktif menulis tiap kegiatan
Siswa kurang aktif menulis
Siswa pasif
|
5 (8%)
11 (36%)
8 (32%)
6 (24%)
|
7 (24%)
14 (48%)
4 (16%)
3 (12%)
|
11 (32%)
16 (66%)
3 (12%)
-
|
|
Jumlah
|
30 (100%)
|
30 (100%)
|
30 (100%)
|
Dari
tabel di atas terlihat terjadi
peningkatan aktivitas peserta didik selama pelaksanaan tindakan. Pada siklus I
masih banyak siswa yang belum atau kurang aktif untuk menulis. Namun, pada
siklus II dan III jumlah peserta didik yang aktif dan sangat aktif menulis terus meningkat.
Bahkan, pada akhir siklus III tidak terlihat peseta didik yang pasif atau tidak
menulis jurnalnya.
PENUTUP
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Salah
satu permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa
kelas 3 SDN Jati Alun-Alun adalah rendahnya keterampilan menulis paragraf peserta
didik. Hal itu terlihat dari rendahnya kualitas paragraf yang dihasilkan peserta
didik. Peserta didik juga kurang antusias dan mengalami kesulitan ketika
mendapat tugas untuk menulis. Hal tersebut diindikasikan karena pembelajaran
menulis yang dilakukan belum mendorong dan membentuk kebiasaaan peserta didik
untak menulis. Pembelajaran menulis yang disajikan belum memberi kesempatan
banyak pada peserta didik untuk menulis. Di sisi lain penilaian keterampilan
menulis juga belum dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut; salah satu alternatif tindakan yang dapat
diterapkan adalah penerapan kegiatan menulis jurnal dan memanfaatkan hasil tulisan
peserta didik dalam jurnal untuk penilaian otentik.
Penerapan
kegiatan menulis jurnal ini dapat memberikan kesempatan lebih banyak kepada peserta
didik untuk mengekspresikan gagasan secara tertulis. Dengan terbiasa dan lebih
sering menulis, kualitas paragraf-paragraf yang dihasilkan dapat semakin baik. Dengan,
terbiasa menulis kreativitas peserta didik dalam menulis pun meningkat. Peserta
didik semakin mudah dan terbiasa menemukan berbagai bahan atau gagasan yang
dapat ditulisnya.
Penerapan
otentik oleh peserta didik maupun guru dengan memanfaatkan hasil tulisan jurnal
peserta didik juga dapat memberi pengaruh yang besar terhadap peningkatan
keterampilan menulis paragraf peserta didik. Dengan menilai hasil tulisannya
sendiri maupun hasil tulisan teman, peserta didik dapat mengkonstruksi dan
menemukan sendiri pengetahuannya. Peserta didik belajar dari berbagai kesalahan
untuk menulis lebih baik. Di Sisi lain guru juga dapat memanfaatkan hasil otentik
tulisan dalam jurnal peserta didik sebagai sumber informasi untuk melibat perkembangan
belajar peserta didik. Dalam pelaksanaannya. kegiatan menulis jurnal dan
penilaian otentik tersebut dilakukan secara terpadu dan terintegrasi dengan
kegiatan pokok pembelajaran bahasa lndonesia.
B. Saran
Berdasarkan
pembahasan hasil penelitian, penulis mengemukakan saran-saran berikut :
1)
Bagi
guru kelas yang mengajarkan pelajaran bahasa Indonesia disarankan kegiatan menulis
jurnal ini dapat terus diterapkan dan diintegrasikan dalam pembeiajaran karena
selain memberikan gambaran tentang perkembangan keterampilan menulis jurnal
juga memberikan gambaran tentang berbagai persoalan yang berkaitan dengan hasil
belajar dan perkembangan psikologi peserta didik.
2)
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian tindakan serupa
disarankan untuk melakukannya dalam konteks tataran program studi atau mata
pelajaran lain karena menulis rnerupakan proses kognitif dan afektif yang
mencakup berbagai bidang.
3)
Bagi
peserta didik, diharapkan penulisan jurnal dapat menjadi kebiasaan yang dapat
dilakukan untuk membiasakan diri dalam menulis dan meminimalkan kesalahan dalam
menulis paragraf.
DAFTAR RUJUKAN
Capacchione.
L. 1989. The Creative Journal For
Children: A Guide for Parents, Teacher, and Counselors. Boston: Shambala.
Eanes,
R. 1997. Content Area Literacy: Teaching
Today’s and Tomorrow. New York: Delmar Publisher.
Federikson,
J. & Collins, A. 2002. What is
Authentic Assessment: Term and Condition of Use. Hougton Mifflin Company
(online),
Hammond,
L.D. dan Snyde, J.D.2001. Authentic
Assesment of Reaching Indonesia Context, U.S. Departemen Education
(online), (http:www.Contextual.org/abs2.htm., diakses 29 Oktober 2001 oleh
Darmono).
Laonhardt,
M.2001. 99 Cara Menjadikan Anak Anda
Bergairah Menulis. Terjemahan oleh Eva Y. Nukman. 2001. Bandung Kaifa.
Nurhadi
& Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran
Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Penerbit Universitas Negeri
Malang.
O’Malley,
J.M. & Piece, L.V. 1996. Authentic
Assessment for Ennglish Language Learners: Practical Approaches For Teachers. Virginia:
Addison-Wesley.
Puhl,
C. 1997. Develop, Not Judge: Continuous Assesment in the ESL Classroom. English Teaching Forum, April 1997, pp
2-9.
Saukah,
A. 1999. Prinsip Dasar Penilaian Pendidikan Bahasa. Bahasa dan Seni. Tahun 27, Nomor 1, Pebruari 1999, Hal; 19- 33.
Saukah,
Ali. 2000. The Teaching Writing and Grammar. Bahasa dan Seni. Tahun 28, Nomor 2, Agustus 2000, Hal. 191-199.
Suparno,
2001. Pembelajaran Bahasa Indonesia
dengan Pendekatan Kontekstual. Makalah disajikan pada Simposium di Wisma
Jaya, Bogor. Direktorat SLTP, Dirjen Dikdasmen. November, 2001.
Tompkins,
G.E & Hoskisson, K. 1991. Language
Arts : Content and Teaching Strategis. New York: Macmillan.
Tompskin,
G.E. 1994. Teaching Writing Balancing
Process and Product. New York: Macmillan.