Kamis, 11 Desember 2014

Tugas Liburan Semester I 2014/2015 kelas 4 SDN Jati Alun-Alun, Prambon

Kegiatan Siswa dan Siswi


Dari kedua kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan siswi SD tersebut jawablah pertanyaan berikut:
1. Pengalaman apa saja yang dapat diperoleh dari kegiatan tersebut?
2. Nilai-nilai sikap apa saja yang ditunjukkan dalam kegiatan tersebut?
3. Bagaimanakah menurutmu tentang kegiatan tersebut?
4. Mengapa siswa dan siswi tersebut melakukan kegiatan itu?
5. Apakah peranan dari pemandu dalam kegiatan tersebut? jelaskan secara rinci!

Rabu, 09 Juli 2014

artikel cara meningkatkan prestasi siswa dengan menulis jurnal

Meningkatkan Belajar Siswa dengan Menulis Jurnal

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa Indonesia secara fungsional dan komunikatif adalah pembelajaran yang lebih menekankan peserta didik untuk belajar berbahasa, dalam kaitannya dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Peserta didik bukan sekadar belajar tentang pengetahuan bahasa, melainkan belajar menggunakan bahasa untuk keperluan berkomunikasi. Untuk itu, pendekatan pembelajaran yang sesuai adalah pendekatan komunikatif.
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif itu diarahkan untuk membentuk kompetensi komunikatif, yakni kompetensi kemampuan untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, baik pada aspek pemahaman, aspek penggunaan, maupun aspek apresiasi (Suparno 2001: 34). Hal tersebut berarti, melalui pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan peserta didik memiliki kemampuan untuk menangkap makna dari sebuah pesan atau informasi yang disampaikan serta memiliki kemampuan untuk menalar dan mengemukakan kembali pesan atau informasi yang diterimanya itu. Peserta didik juga diharapkan memiliki kemampuan untuk mengekpresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik. Kompetensi komunikatif itu dapat dicapai melalui proses pemahiran yang dilatihkan dan dialami dalam kegiatan pembelajaran.
Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan pengungkapan pikiran, gagasan, pendapat dan perasaan tersebut adalah keterampilan menulis paragraf. Keterampilan menulis paragraf sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat produktif-aktif merupakan salah satu kompetensi dasar berbahasa yang harus dimiliki peserta didik agar terampil berkomunikasi secara tertulis. Peserta didik akan terampil mengorganisasikan gagasan dengan runtut, menggunakan kosakata yang tepat dan sesuai, memperhatikan ejaan dan tanda baca yang benar, serta menggunakan ragam kalimat yang variatif dalam menulis jika memiliki kompetensi menulis paragraf yang baik.
Kesulitan ketika harus menulis pada pelajaran bahasa Indonesia bagi kelas 3 SDN Jati Alun-Alun dengan jumlah 30 siswa dengan 12 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki adalah peserta didik tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di kelas, ditemukan bahwa menulis kerap kali menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang mendapat respon yang baik dari peserta didik. Peserta didik tampak mengalami kesulitan ketika pelajaran dimulai. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai paragraf. Peserta didik kerap menghadapi sindrom kertas kosong (blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut salah, takut berbeda dengan apa yang diinstruksikan gurunya.
Keterampilan menulis di kelas terkadang juga hanya diajarkan pada saat pembelajaran menulis saja, pahadal pembelajaran keterampilan menulis dapat dipadukan atau diintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran di kelas. Pengintegrasian itu dapat bersifat internal dan eksternal. Pengintegrasian internal berarti pembelajaran menulis diintegrasikan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain. Menulis dapat pula diintegrasikan secara eksternal dengan mata pelajaran lain diluar mata pelajaran bahasa Indonesia.
Kecenderungan lain yang terjadi adalah pola pembelajaran menulis di kelas yang dikembangkan dengan sangat terstruktur dan mekanis, mulai dari menentukan topik, membuat kerangka, menentukan ide pokok paragraf, kalimat utama, kalimat penjelas, ketepatan penggunaan tanda baca dan sebagainya. Pola tersebut selalu berulang tiap kali pembelajaran menulis. Pola tersebut tidak salah, tetapi pola itu menjadi kurang bermakna jika diterapkan tanpa variasi strategi dan teknik lain. Akibatnya, waktu pembelajaran pun lebih tersita untuk kegiatan tersebut, sementara kegiatan menulis yang sebenarnya tidak terlaksana atau sekedar menjadi tugas di rumah. Kegiatan menulis seperti ini bagi peserta didik menjadi suatu kegiatan yang prosedural dan menjadi tidak menarik. Penekanan pada hal yang bersifat mekanis adakalanya membuat kreatifitas menulis tidak berkembang karena hal itu tidak mengizinkan gagasan tercurah secara alami. Bahkan, Tompokins (1994:105) menegaskan bahwa terlalu menuntut kesempurnaan hasil tulisan dari siswa justru dapat menghentikan kemauan siswa untuk menulis.
Pembelajaran menulis juga sering membingungkan peserta didik karena pemilihan-pemilihan yang kaku dalam mengajarkan jenis-jenis tulisan atau jenis-jenis paragraf, seperti narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi. Pengkategorian yang kaku itu membuat peserta didik menulis terlalu berhati-hati karena takut salah, tidak sesuai dengan jenis karangan yang dituntut. Padahal, ketakutan untuk berbuat salah tersebut dapat mematikan kreativitas peserta didik untuk menulis. Selain itu, Halliday (dalam Tompkins & Hoskisson, 1991:187) menyatakan bahwa pengkategorian jenis-jenis karangan tersebut terlihat artifasial ketika kita meminta peserta didik menggunakannya untuk berbagai tujuan yang berbeda, sebab peserta didik terkadang mengkombinasikan dua atau lebih kategori untuk mengemukakan sebuah gagasan dalam tulisannya.
Menulis merupakan suatu keterampilan dan keterampilan itu hanya akan berkembang jika dilatihkan secara terus menerus atau lebih sering. Memberikan kesempatan lebih banyak bagi peserta didik untuk berlatih menulis dalam berbagai tujuan merupakan sebuah cara yang dapat diterapkan agar keterampilan menulis meningkat dan berkembang secara cepat.
Permasalahan lain yang terkait dengan pembelajaran keterampilan menulis di SDN Jati Alun-Alun khususnya di kelas 3 adalah sistem penilaian dan pencapaian target kurikulum pembelajaran yang hanya diukur berdasarkan hasil tes-tes tertulis di akhir semester atau tahun pelajaran. Padahal, tidak semua keterampulan berbahasa dapat dievaluasi dengan menggunakan paper and pencil tests (Saukah, 1999). Untuk mengetahui kemampuan dan perkembangan keterampilan berbahasa, termasuk menulis tidak tidak cukup hanya dilihat melalui jawaban soal-soal yang diberikan satu atau dua kali di tengah dan di akhir semester (subsumatif dan sumatif). Tes-tes tertulis hanya salah satu bagian saja dari proses penilaian.
Menyingkapi hal tersebut perlu diterapkan suatu model penilaian keterampilan menulis yang otentik dan komprehensif pada siswa kelas 3 SDN Jati Alun-Alun dengan berbagai teknik dan prosedur. Model penilaian tersebut melihat perkembangan dan keberhasilan keterampilan berbahasa siswa secara berkelanjutan (Pulh, 1997:6). Penilaian tersebut juga harus dilakukan secara otentik, yaitu didasarkan proses perkembangan dan data-data otentik yang menggambarkan keterampilan berbahasa yang dikuasainya (Nurhadi, 2003:19). Dalam konteks yang lebih komunikatif, penilaian pun tidak hanya dilakukan oleh guru, siswa dapat belajar saling menilai dengan temannya, bahkan belajar menilai dirinya sendiri.
Melalui gejala-gejala yang ditemukan tersebut maka untuk membuat peserta didik dapat berkembang keterampilan berbahasanya, maka harus diberikan suatu cara agar peserta didik dapat menulis tanpa adanya ketakutan untuk salah. Maka dari itu penulisan jurnal yang berupa menulis aktifitas keseharian dari peserta didik dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif.
Dari uraian pada latar belakang masalah di atas maka judul yang diangkat dalam makalah kali ini adalah Implikasi Menulis Paragraf dalam Memberikan Penilaian Otentik Melalui Pembiasaan Keterampilan MEJU Siswa Kelas 3 SDN Jati Alun-Alun, Prambon, Sidoarjo



KAJIAN TEORI

MEJU (Menulis Jurnal)
Salah satu cara alternatif yang dapat diterapkan untuk membiasakan dan melatihkan keterampilan menulis pada peserta didik, khususnya menulis paragraf adalah dengan menulis jurnal atau dalam istilah yang lebih umum dikenal dengan menulis buku harian. Pembiasaan dan rutinitas menulis tersebut akan menjadi suatu kebiasaan perilaku yang positif. Dengan menulis jurnal, peserta didik dapat berlatih menulis lebih sering dan lebih bebas di luar jam pembelajaran menulis secara khusus. Peserta didik akan terbiasa mengungkapkan gagasan atau perasaannya secara tertulis dalam bentuk paragraf-paragraf yang baik. Jurnal dapat menjadi sarana yang membantu siswa untuk belajar menulis dengan lebih menyenangkan dan berhasil (Eanes, 1997:457).
Kegiatan menulis jurnal itu tidak hanya dilakukan ketika pembelajaran menulis, pada pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus keterampilan lain kegiatan tersebut juga dapat disisipkan. Guru dapat menyediakan waktu setiap hari atau beberapa hari dalam seminggu sekitar sepuluh sampai dengan lima belas menit bagi siswa untuk menulis jurnal pribadinya (Capacchione, 1989:15; Tompkins & Hoskisson, 1991:189). Dalam konteks sistem pembelajaran sekolah di Indonesia sekilas terkesan penyediaan waktu ini mengurangi alokasi waktu pembelajaran pokok, tetapi bila disadari lebih jauh pengurangan alokasi waktu pembelajaran ini, yang dimanfaatkan untuk menulis jurnal, dapat memberi manfaat yang besar bagi peserta didik.

A.      Manfaat Menulis Jurnal
Rutinitas menulis jurnal yang dilakukan peserta didik memberi manfaat positif bagi perkembangan kemampuan menulis. Selain itu, dapat pula meningkatkan penguasaan aspek pembahasaan yang lain secara tidak langsung. Secara berkesinambungan peserta didik akan terlatih mengemukakan gagasan dan perasaannya dengan pilihan kata, kalimat, struktur penyajian dan pola pengembangan yang baik. Sebab, untuk terampil menulis, anak-anak harus sering dan bebas menulis (serta membaca) supaya mereka terampil dalam menggunakan struktur yang kompleks dan benar secara tata bahasa ( Leonhardt, 200l : 22).
Indikator-indikator rendahnya keterampilan menulis paragraf peserta didik menunjukkan tiga hal yang berhubungan dengan rendahnya keterampilan menulis peserta didik. Pertama, peserta didik memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan sebuah paragraf yang baik. Kedua, peserta didik mengalami kebingungan untuk menentukan topik, gagasan utama, atau kalimat pertama yang akan ditulis. Ketiga, peserta didik kurang antusias dan tidak menunjukkan respon yang baik ketika mendapat tugas menulis.
Dari sini diketahui adanya dua faktor utama sebagai penyebab rendahnya keterampilan menulis tersebut. Pertama, faktor yang berhubungan dengan strategi pembelajaran keterampilan menulis. Kedua, faktor yang berkaitan dengan proses penilaian pembelajaran keterampilan menulis.
Ada lima indikator faktor penyebab yang berhubungan dengan strategi pembelajaran menulis. Pertama, pembelajaran menulis yang dikembangkan masih dilakukan dengan cara mengutamakan aspek teoritis, mekanis, dan kurang variatif sehingga kurang menarik minat belajar peserta didik. Kedua, peserta didik belum dibiasakan dan dilatih untuk menulis secara berkesinambungan. Ketiga, tugas-tugas menulis paragraf atau membuat karangan yang harus dikerjakan peserta didik sangat formal, dibatasi jenisnya secara berksinambungan. Ketiga, tugas-tugas menulis paragraf atau membuat karangan yang harus dikerjakan siswa sangat formal, dibatasi jenisnya secara kaku, dan menuntut kesempurnaan hasil sehingga kreativitas peserta didik untuk mengekspresikan diri melalui tulisan kurang dapat berkembang. Keempat, bimbingan dan penguatan yang diberikan guru terhadap kegiatan menulis yang dilakukan peserta didik belum optimal. Kelima, pembelajaran menulis yang dilaksanakan cenderung eksklusif, tidak terpadu dengan pembelajaran aspek keterampilan berbahasa lain.
Indikator faktor penyebab yang berkaitan dengan proses penilaian pembelajaran keterampilan menulis ada empat hal. Pertama, penilaian keterampilan menulis hanya dilakukan melalui soal-soal tes sehingga kurang memperhatikan aspek komunikatif dalam pembelajaran bahasa. Kedua, penilaian tidak merekam perkembangan kemampilan menulis yang sebenarnva karena tidak dilakukan secara berkelanjutan. Ketiga, penilaian hanya dilakukan sepihak oleh guru secara tertutup. Keempat, hasil penilaian tidak merefleksi kebutuhan belajar siswa.
Dari indikator kesulitan dalam kegiatan menulis peserta didik maka kegiatan menulis jurnal mengajak peserta didik untuk lebih bebas dan kreatif mengekspresikan diri lewat bahasa tulis. Dalam kegiatan menulis jurnal, kemampuan komukasi secara tertulis dikembangkan, peserta didik mengkomunikasikan hal-hal yang mereka amati, berbagai informasi, dan berbagai ide (Saukah, 2000). Dalam jurnal, peserta didik dapat menuliskan berbagai hal, tanpa tekanan dan ketakutan membuat kesalahan. Jika anak terbiasa menulis secara mandiri, maka mereka akan belajar cara menulis dengan fokus yang tajam dan jelas (Leonhardt. 2GG 1:21).

B.       Karakteristik dalam Penulisan Jurnal
Tulisan dalam jurnal merupakan produk yang alamiah dan bersifat spontan. Siswa dapat menuliskan pengalaman keseharian yang dialami atau dirasakannya, tanggapannya tentang kegiatan pembelajaran, tanggapannya tentang suatu bacaan yang dibacanya, tanggapan terhadap lingkungan di sekitarnya atau hal-hal lain yang menurutnya menarik untuk ditulis. Melalui kegiatan menulis jurnal, siswa berlatih dan membiasakan diri mengemukakan gagasan, mengekspresikan diri, atau menanggapi hal-hal yang menarik perhatiannya dalam bentuk paragraf. Kegiatan menulis jurnal ini memberikan kesempatan peserta didik untuk menulis dengan lebih bebas. untuk keperluan tugas-tugas menulis secara formal, tulisan dalam jurnal dapat menjadi pilihan sumber ide awal untuk dikembangkan.

C.      Konsep Penulisan Jurnal
Konsep jurnal adalah tulisan-tulisan yang ditulis peserta didik dalam buku catatan khusus yang sifatnya informal, spontan, rutin, dan personal. Hal-­hal yang ditulis adalah tentang pengalaman pribadi, curahan perasaan atau gagasan, tanggapan tentang  bacaan, tanggapan tentang proses pembelajaran atau hal-hal lain yang menarik minat dan perhatian peserta didik. Topik-topik yang ditulis dalam jurnal itu dapat dipilih secara bebas atau ditentukan sesuai konteks pembelajaran. Selanjutnya, tulisan siswa tersebut diberi respon oleh guru sebagai upaya meningkatkan motivasi peserta didik untuk menulis.
Sebagai tulisan informal maka aspek yang ditekankan dalam menulis jurnal adalah kelancaran/kefasihan (fluency) dalam mengemukakan suatu gagasan secara tertulis. Kejelasan isi tulisan lebih ditekankan dari pada aspek-aspek mekanik, seperti ketepatan ejaan atau penggunaan tanda baca. Namun. bukan berarti aspek mekanik diabaikan oleh guru dalam pembelajaran.
Meskipun tulisan jurnal peserta didik bersifat bebas, tulisan-tulisan tersebut tetap dapat dipantau dan mendapat respon dari guru. Respon yang diberikan bukan sekedar mengoreksi kesalahan-kesalahan mekanis penulisan, tetapi berupa respon yang lebih bersifat positif. Respon positif itu berupa komentar atau tanggapan yang berhubungan dengan isi tulisan sehingga dapat menjadi penguatan atau motivasi bagi peserta didik untuk terus menulis. Tulisan-tulisan respon itu juga tidak lebih panjang dari tulisan peserta didik dan ditulis dengan kalimat yang baik dan benar, sehingga tulisan tersebuut dapat menjadi model bagi peserta didik. Kegiatan pemberian respon secara tertulis itu memungkinkan terjalinnya interaksi dinamis antara guru dan peserta didik lewat bahasa tulis, dalam konteks pendekatan komunikatif pembelajaran bahasa.

D.      Tahapan dalam Menulis Jurnal
Dalam pelaksanaannya kegiatan menulis jurnal dapat dilakukan melalui tiga tahapan. Ketiga tahapan itu adalah (1) tahap pendahuluan. (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap penilaian. Pada tahap pendahuluan, kegiatannya pokoknya terdiri dari pemahaman konsep dan pemodelan kegiatan yang akan dilakukan. Pada tahap pelaksanaan. Kegiatan pokoknya adalah pengintegrasian menulis jurnal dalam pembelajaran, pembiasaan menulis jurnal secara berlanjut, pemberian penguatan dan respon guru, serta pemberian bimbingan. untuk mengembangkan kreativitas peserta didik dalam menulis. Pada tahap penilaian, kegiatan penilaian yang dilakukan dalam bentuk penilaian proses dan penilaian hasil.

E.       Penilaian Otentik
Aspek lain yang tidak dapat diabaikan dalam upaya peningkatan keterampilan menulis paragraf adalah cara penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran. Penilaian yang sesuai untuk menilai perkembangan keterampilan menulis paragraf peserta didik adalah penilaian otentik (Federikson, J. & Collins, A.; 2002). Penilaian otentik sesuai untuk diterapkan karena penilaian tersebut bersifat menyeluruh, berkesinambungan, dan berdasarkan pada data otentik berupa tulisan peserta didik yang sebenarnya. Penilaian itu tidak hanya mengacu pada produk akhir, tetapi juga mengacu pada kinerja dan proses perkembangan belajar peserta didik secara berkelanjutan.
Tulisan peserta didik dalam jurnal dapat digunakan sebagai salah satu bahan untuk penerapan penilaian otentik. Penilaian otentik yang memanfaatkan tulisan peserta didik dalam jurnalnya memberikan gambaran yang sebenarnya (otentik) tentang performansi keterampilan menulis paragraf peserta didik. Penilaian keterampilan menulis tersebut bersifat kompleks dan berkelanjutan (Hammond, L.D dan Snyde, J.D ; 2001).

F.       Hubungan Penilaian Otentik dengan Pemanfaatan Jurnal
Realisasi penerapan penilaian otentik dengan memanfaatkan jurnal berguna untuk memberi informasi tentang perkembangan kosakata, struktur kalimat, kelancaran dan kepaduan penataan gagasan dalam paragraf, serta penggunaan aspek­-aspek mekanik yang diperoleh peserta didik setahap demi setahap. Jurnal rnenjadi sebuah portofolio yang memberikan data tentang perkembangan keterampilan menulis peserta didik secara menyeluruh. Selain itu. berbagai kekurangan dan kesalahan yang terdapat tulisan peserta didik melalui penilaian otentik dapat dibenahi dan dapat menjadi pertimbangan perencananaan pembelajaran selanjutnya sehingga konsep penilaian yang sesungguhnya terlaksana.
Salah satu model atau perangkat penilaian otentik dalam pembelajaran keterampilan menulis yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan tulisan dalam jurnal peserta didik. Jurnal dapat menjadi sebuah afternatif bahan penilaian yang efektif untuk mengetahui dan melihat perkembangan keterampilan menulis peserta didik. Jurnal peserta didik dapat menjadi bagian dari portofolio yang merekam perkembangan menulis dari waktu ke waktu. Selain itu, pemanfaatan jurnal dalam penilaian menjadikan penilaian tidak hanya dilakukan guru, tetapi peserta didik juga dapat dilatih untuk melakukan penilaian diri-sendiri (self-assesment) terhadap tulisan-tulisan yang telah dibuatnya. Peserta didik juga dapat memilih sebuah tulisan andalan dalam jurnal yang ditulisnya untuk dinilai atau ditanggapi oleh temannya (peer-assesment). Bahkan bila peserta didik tidak keberatan, orangtuanya pun dapat membaca dan memberikan penilaian terhadap tulisan-tulisan dalam jurnal itu.
Melalui kegiatan ini peserta didik dapat berpikir kritis, mengamati, menemukan kesalahannya sendiri kemudian berupaya membuat tulisan yang lebih baik. Bila kegiatan ini dapat dilakukan secara efektif dan optimal, maka diharapkan keterampilan menulis peserta didik, khususnya keterampilan menulis paragraf dapat meningkat. Proses penilaian dan pembelajaran menulis pun menjadi lebih bermakna bagi siswa (O’Malley, J.M & Piece, L.V. 1996).

METODE PENELITIAN 

Rancangan Penelitian
Sesuai perencanaan yang telah dibuat tindakan pembelajaran dikembangkan dalam tiga siklus tindakan. Perencanaan yang dibuat, disesuaikan dengan satuan program semester yang telah disusun oleh guru kelas, sehingga pelaksaaaan penelitian ini tetap berjalan sesuai alur progam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia sebagaimana mestinya. kegiatan menulis jurnal dalam penelitian ini menjadi kegiatan suplemen yang terintegrasi dalam pembelajaran pokok.
Dalam tiap siklus, tindakan pertama dilaksanakan dengan alokasi waktu dua kali pertemuan jam pelajaran. Tindakan kedua dilakukan terintegrasi dalam tiap jam pelajaran bahasa Indonesia selama empat kali pertemuan, guru menyediakan waktu sepuluh sampai dengan lima belas menit di menit awal atau di akhir pelajaran untuk menulis. Materi tulisan jurnal disesuaikan dengan konteks materi pembelajaran saat itu. Tindakan ketiga selain dilakukan secara bersinambungan, dilakukan pula oleh peserta didik sekitar dua puluh menit pada waktu yang ditentukan. Setiap siklus peserta didik menulis jurnal sebanyak lima kali.

Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Penelitian dilakukan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pengamatan, analisis temuan, dan refleksi tindakan. Dalam tiap siklusnya dilakukan tiga pokok pembelajaran. Ketiga pokok pembelajaran itu adalah (1) kegiatan pemahaman konsep dan pemodelan kegiatan menulis jurnal, (2) pelaksanaan dan pembiasan menulis jurnal, dan (3) penilaian otentik dengan memanfaatkan tulisan dalam jurnal peserta didik.

1)      Pemahaman Konsep dan Pemodelan Kegiatan Menulis Jurnal
Dalam kegiatan peanahaman konsep dan permodelan ini guru melakukan langkah-langkah pokok dalam pembelajaran. langkah-langkah tersebut, yaitu (1) menyampaikan tujuan dan pokok-pokok kegiatan pembelajaran. (2) membangkitkan skemata peserta didik. (3) menjelaskan dan mendiskusikan tentang menulis paragraf yang baik, (4) memberikan latihan dan contoh penulisan paragraf yang baik, (5) menghubungkan kegiatan menulis paragraf dengan menulis jurnal, (6) mendiskusikan dan menjelaskan tentang kegiatan menulis jurnal. (7) memajangkan contoh-contoh jurnal sebagai model serta (8) menulis jurnal tahap awal dengan mengamati model yang disajikan. Melalui kegiatan-kegiaian itu, peserta didik mampu mengkonstruksi sendiri konsep penngetahuannya tentang menulis paragraf dengan pola pengembangan yang baik.
Untuk lebih mengektifkan proses pembelajaran guru memanfaatkan media pembelajaran. Media digunakan berupa (1) lembar bagan struktur paragraf, (2) contoh-contoh, tulisan yang dikutip dari jurnal peserta didik, dan (3) gambar-gambar tentang berbagai peristiwa aktual yang tengah terjadi.

2)      Pelaksanaan dan Pembiasaan Menulis Jurnal
Pada siklus I kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ada 6 langkah pokok. Keenam langkah pokok itu adalah (1) menyediakan waktu di awal pembelajaran untuk menulis, (2) meminta peserta didik menulis secara bebas tentang gagasan, perasaan, atau berbagai hal yang dialaminya, (3) membantu memunculkan gagasan peserta didik melalui kegitan tanya jawab, (4) memantau dan membimbing peserta didik saat menulis. (5) memberi penguatan tiap kali pertemuan, dan (6) mengumpulkan kembali buku jurnal yang telah ditulis untuk diberi respon
Pada siklus II langkah-langkah pembalajaran tersebut tetap sama, tetapi lebih bervariasi dibanding langkah-langkah pembelajaran pada siklus I. Pada pertemuan pertama, guru meminta peserta didik untuk menulis tentang kegiatan kesehariannya, perasaan, pengalaman yang dialaminya, gagasan, atau tanggapannya tentang sesuatu. Pada pertemuan kedua, guru memancing gagasan peserta didik untuk menulis dengan berandai-andai melalui kegiatan tanya-jawab.

3)      Penilaian Otentik dengan Memanfaatkan Tulisan dalam Jurnal Peserta Didik
Dalam tiap siklus penilaian otentik tulisan jurnal peserta didik dilakukan oleh guru dan peserta didik. Penilaian Guru mencakup penilaian proses dan penilaian hasil yang dilakukan secara berkelanjutan selama tindakan. Kegiatan penilaian oleh peserta didik mencakup penilaian hasil tulisan yang dilakukan oleh diri sendiri dan rekan sejawat /antar peserta didik.
Kegiatan penilaian oleh peserta didik akan dilakukan dua kali. Penilaian pertama. berupa penilaian diri sendiri dilakukan setelah kegiatan tertulis kesatu dan kedua. Penilaian yang kedua berupa penilaian rekan sejawat dilakukan telah kegiatan menulis kedua dan keempat. Dalam penilaian sejawat peserta didik diminta untuk memilih salah satu tulisannya untuk saling dipertukarkan dan dinilai oleh temannya. Untuk rnembantu peserta didik melakukan penilaian terhadap tulisannya, guru menyediakan panduan penilaian. Selama peserta didik melakukan penilaian, guru akan senantiasa memberikan bimbingan pada peserta didik.
Peserta didik penilai mencermati dan mengoreksi kesalahan-kesalahan tersebut. Peserta didik penilai pun memberi penilaian berupa bintang tiga atau berkategori baik. Peserta didik penilai juga memberikan penanda dan catatan bagian-bagian yang sebaiknya diperbaiki.
Penilaian oleh guru dilakukan secara berkelanjutan dengan menilai kualitas paragraf yang dihasilkan peserta didik tiap pertemuan dan mencatat kesalahan-kesalahan yang kerap dilakukan peserta didik.

Contoh Catatan Guru Tentang Kesalahan dalam Tulisan Peserta Didik

No
Tanggal
Kegiatan
Kesalahan yang Kerap Ditemukan
Aspek
Contoh Kesalahan
1.
Kamis, 12
Januari – 3 Pebruari 2012
Bahasa










Pilihan kata
Penggunaan kata penghubung diawal kalimat yang tidak tepat.
“Dan hukuman keempat merupakan..”
Belum dapat membedakan penggunaan imbuhan
di-
dengan kata depan “di”
“di beri pertanyaan”
“di susul”
Penggunaan pilihan kata yang berulang-ulangan.
“Setelah itu......Setelah itu.”



Ejaan dan
Tanda baca


Penulisan nama orang, nama tempat, hari bulan dan kata sapaan banyak yang tidak menggunakan huruf kapital.
“....hari rabu kemarin...”
“.... temanku itu bernama sri....”

     Catatan kesalahan seperti di atas selanjutnya menjadi acuan guru untuk perencanaan pembelajaran berikutnya. Guru membenahi kesalahan-kesalahan tersebut dengan mengintegrasikannya dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran rutin. Dengan tidak mengoreksi langsung kesalahan pada tulisan peserta didik, guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menemukan sendiri kesalahannya. Peserta didik juga merasa senang karena merasa tulisannya tidak selalu disalahkan oleh guru.
Hasil penilaian otentik ini juga menjadi laporan tentang perkembangan menulis peserta didik, khususnva menulis paragraf. Dan pencatatan dan analisis hasil tulisan setiap pertemuan diperoleh informasi tentang perkembangan keterampilan peserta didik selama mendapat tindakan. Hasil dukumentasi penilaian itu selanjutnva menjadi bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran selanjutnya.

Refleksi.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di dalam kelas dan dilakukan dengan kolaborasi dari rekan guru untuk mengamati dan memberikan masukan bagi terlaksananya setiap siklus yang dilaksanakan. Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses penilaian otentik siswa melalui penulisan jurnal.

Subjek dan Tempat Penelitian.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan oleh guru dengan subyek penelitian pada siswa kelas 3 dengan jumlah siswa 30 siswa yang heterogen terdiri dari siswa putra sebanyak 18 siswa dan siswa putri sebanyak 12 siswa di SDN Jati Alun-Alun, Prambon, Sidoarjo.
SDN Jati Alun-Alun terletak di sebelah barat ± 35 km dari kabupaten Sidoarjo yang terletak di kecamatan Prambon. Dengan letak sekolah yang dikelilingi oleh sebagian besar lahan pertanian.

Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini diperoleh dengan teknik penilaian berupa catatan dari guru maupun dari peserta didik penilai.
Teknik penilaian berupa catatan dari guru maupun peserta didik penilai digunakan untuk menilai hasil penulisan jurnal peserta didik.
Hasil dari siklus satu dilakukan refleksi untuk dijadikan bahan penyempurnaan pada penerapan siklus kedua. Siklus kedua pun direfleksi kembali untuk penyempurnaan pelaksanaan siklus ketiga.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Indikator peningkatan keterampilan menulis paragraf dapat dilihat dari tiga hal yaitu (1) kuantitas gagasan yang dihasilkan, (2) kualitas paragraf, dan keantusiasan aktivitas dan motivasi siswa.
Peningkatan pertama terlihat dari jumlah gagasan dan pilihan topik. Jumlah gagasan yang ditulis bertambah banyak serta memperlihatkan cara penulisan yang beragam, tidak ditemukan lagi paragraf yang hanya terdiri dari satu kalimat. Peningkatan tersebut terjadi pada tiap siklus tindakan.
Hasil tindakan ini diharapkan bahwa dengan pembiasaan menulis jurnal secara berkelanjutan, peserta didik menjadi terbiasa menulis paragraf dan keterampilan menulis paragrafnya pun meningkat. Hal ini dapat dilihat dari tingkat penguasaan menulis siswa kelas 3 di SDN Jati Alun-Alun berikut:

Tabel Perbandingan Rata-rata Jumlah Gagasan
dalam Tulisan Peserta Didik Tiap Siklus

SIKLUS
PARAGRAF
KALIMAT
Jumlah
Rata-Rata
Jumlah
Rata-rata

Siklus  I

97

10,4

431

47,8

Siklus  II

120

13,3

554

61,6

Siklus  III

132

14,7

606

67,3

Kualitas paragraf yang dihasilkan memperlihatkan peningkatan. Peningkatan kualitas tersebut mencakup aspek pengembangan topik, pengorganissia gagasan, penggunaan pilihan kata, tata bahasa, serta ejaan dan tanda baca yang secara bertahap semakin baik. Secara lebih jelas, hal tersebut tergambar dalam tabel berikut :

Tabel Perbandingan Nilai Rata-Rata dan Kualifikasi Kualitas
Tulisan Peserta Didik Per siklus.

SIKLUS I
SIKLUS II
Siklus III
Nilai Rata-Rata
Kualifikasi
Nilai
Rata-Rata
Kualifikasi
Nilai
Rata-Rata
Kualifikasi

2,3

Cukup

3,1

Baik

3,4

Baik

Dari tabel di atas dapat dijelaskan siklus I kualitas paragraf peserta didik rata-rata berkualitas cukup, maka pada siklus II dan III meningkat menjadi baik. Dengan kata lain, paragraf yang ditulis peserta didik umumnya telah memiliki gagasan utama dan gagasan pengembang yang jelas. Gagasan-gagasan itu dikembangkan secara logis dengan pengorganisasian yang baik. Struktur kalimat dan peralihan antar gagasan dalam paragraf sudah memperlihatkan keefektifan, hal tersebut terlihat dari sedikitnya kesalahan dalam penggunaan konjungsi. Kosa-kata yang digunakan juga cukup tepat dan dapat mewakili gagasan yang dikemukakan. Beberapa kesalahan tata bahasa dari mekanik tulisan masih diketemukan, tetapi tidak banyak dan tidak sampai mengaburkan makna gagasan yang dikemukakan.
Seiain itu, jumlah pilihan topik tulisan yang dihasilkan, sangat beragam. Hal itu menunjukkan bahwa peserta didik telah dapat menentukan berbagai bahan, gagasan yang dapat mereka tulis.
Keantusiasan, aktivitas, dan motivasi peserta didik untuk menulis yang semakin meningkat. Hal itu ditandai  dengan kemauan peserta didik membuat buram tulisannya di rumah, walaupun tanpa penugasan dari guru. Siswa cepat menulis di kelas karena umumnya mereka telah memiliki buram yang dibuat di rumah. Siswa juga terbangkitkan motivasi untuk melukis karena merasa tidak mendapat beban tugas yang berat. Tabel berikut menunjukkan perilaku peserta didik dalam belajar selama siklus penelitian yang dicatat oleh teman sejawat sebagai pengamat.

Tabel Persentase Keaktifan Siswa Selama Pelaksanaan Tindakan

No
Indikator
Siklus I
Siklus II
Siklus II

1.


2.

3.

4.

Siswa sangat aktif menulis tiap kegiatan

Siswa aktif menulis tiap kegiatan

Siswa kurang aktif menulis

Siswa pasif

5 (8%)


11 (36%)

8 (32%)

6 (24%)


7 (24%)


14 (48%)

4 (16%)

3 (12%)


11 (32%)


16 (66%)

3 (12%)

-



Jumlah

30 (100%)

30 (100%)

30 (100%)

Dari tabel  di atas terlihat terjadi peningkatan aktivitas peserta didik selama pelaksanaan tindakan. Pada siklus I masih banyak siswa yang belum atau kurang aktif untuk menulis. Namun, pada siklus II dan III jumlah peserta didik yang aktif  dan sangat aktif menulis terus meningkat. Bahkan, pada akhir siklus III tidak terlihat peseta didik yang pasif atau tidak menulis jurnalnya.

PENUTUP

KESIMPULAN

A.      Kesimpulan
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa kelas 3 SDN Jati Alun-Alun adalah rendahnya keterampilan menulis paragraf peserta didik. Hal itu terlihat dari rendahnya kualitas paragraf yang dihasilkan peserta didik. Peserta didik juga kurang antusias dan mengalami kesulitan ketika mendapat tugas untuk menulis. Hal tersebut diindikasikan karena pembelajaran menulis yang dilakukan belum mendorong dan membentuk kebiasaaan peserta didik untak menulis. Pembelajaran menulis yang disajikan belum memberi kesempatan banyak pada peserta didik untuk menulis. Di sisi lain penilaian keterampilan menulis juga belum dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut; salah satu alternatif tindakan yang dapat diterapkan adalah penerapan kegiatan menulis jurnal dan memanfaatkan hasil tulisan peserta didik dalam jurnal untuk penilaian otentik.
Penerapan kegiatan menulis jurnal ini dapat memberikan kesempatan lebih banyak kepada peserta didik untuk mengekspresikan gagasan secara tertulis. Dengan terbiasa dan lebih sering menulis, kualitas paragraf-paragraf yang dihasilkan dapat semakin baik. Dengan, terbiasa menulis kreativitas peserta didik dalam menulis pun meningkat. Peserta didik semakin mudah dan terbiasa menemukan berbagai bahan atau gagasan yang dapat ditulisnya.
Penerapan otentik oleh peserta didik maupun guru dengan memanfaatkan hasil tulisan jurnal peserta didik juga dapat memberi pengaruh yang besar terhadap peningkatan keterampilan menulis paragraf peserta didik. Dengan menilai hasil tulisannya sendiri maupun hasil tulisan teman, peserta didik dapat mengkonstruksi dan menemukan sendiri pengetahuannya. Peserta didik belajar dari berbagai kesalahan untuk menulis lebih baik. Di Sisi lain guru juga dapat memanfaatkan hasil otentik tulisan dalam jurnal peserta didik sebagai sumber informasi untuk melibat perkembangan belajar peserta didik. Dalam pelaksanaannya. kegiatan menulis jurnal dan penilaian otentik tersebut dilakukan secara terpadu dan terintegrasi dengan kegiatan pokok pembelajaran bahasa lndonesia.

B.       Saran
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, penulis mengemukakan saran-saran berikut­ :
1)        Bagi guru kelas yang mengajarkan pelajaran bahasa Indonesia disarankan kegiatan menulis jurnal ini dapat terus diterapkan dan diintegrasikan dalam pembeiajaran karena selain memberikan gambaran tentang perkembangan keterampilan menulis jurnal juga memberikan gambaran tentang berbagai persoalan yang berkaitan dengan hasil belajar dan perkembangan psikologi peserta didik.
2)        Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian tindakan serupa disarankan untuk melakukannya dalam konteks tataran program studi atau mata pelajaran lain karena menulis rnerupakan proses kognitif dan afektif yang mencakup berbagai bidang.
3)        Bagi peserta didik, diharapkan penulisan jurnal dapat menjadi kebiasaan yang dapat dilakukan untuk membiasakan diri dalam menulis dan meminimalkan kesalahan dalam menulis paragraf.


DAFTAR RUJUKAN
 

Capacchione. L. 1989. The Creative Journal For Children: A Guide for Parents, Teacher, and Counselors. Boston: Shambala.

Eanes, R. 1997. Content Area Literacy: Teaching Today’s and Tomorrow. New York: Delmar Publisher. 

Federikson, J. & Collins, A. 2002. What is Authentic Assessment: Term and Condition of Use. Hougton Mifflin Company (online),
                        (http://www/eduplace.com/rdg/res/litass/, diakses 28 Desember 2002). 

Hammond, L.D. dan Snyde, J.D.2001. Authentic Assesment of Reaching Indonesia Context, U.S. Departemen Education (online), (http:www.Contextual.org/abs2.htm., diakses 29 Oktober 2001 oleh Darmono).

Laonhardt, M.2001. 99 Cara Menjadikan Anak Anda Bergairah Menulis. Terjemahan oleh Eva Y. Nukman. 2001. Bandung Kaifa.

Nurhadi & Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.

O’Malley, J.M. & Piece, L.V. 1996. Authentic Assessment for Ennglish Language Learners: Practical Approaches For Teachers. Virginia: Addison-Wesley.

Puhl, C. 1997. Develop, Not Judge: Continuous Assesment in the ESL Classroom. English Teaching Forum, April 1997, pp 2-9.

Saukah, A. 1999. Prinsip Dasar Penilaian Pendidikan Bahasa. Bahasa dan Seni. Tahun 27, Nomor 1, Pebruari 1999, Hal; 19- 33.

Saukah, Ali. 2000. The Teaching Writing and Grammar. Bahasa dan Seni. Tahun 28, Nomor 2, Agustus 2000, Hal. 191-199.

Suparno, 2001. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Kontekstual. Makalah disajikan pada Simposium di Wisma Jaya, Bogor. Direktorat SLTP, Dirjen Dikdasmen. November, 2001. 

Tompkins, G.E & Hoskisson, K. 1991. Language Arts : Content and Teaching Strategis. New York: Macmillan.

Tompskin, G.E. 1994. Teaching Writing Balancing Process and Product. New York: Macmillan.